Lihat ke Halaman Asli

UMU NISARISTIANA

Content Writer

Review Lebay Bikin Kapok Order Makanan Online

Diperbarui: 4 Maret 2021   12:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foodie. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagi anak kos layanan pesan antar makanan sangat membantu dikala tidak memiliki kendaraan untuk datang ke rumah makan atau saat hujan dan malas masak. Meskipun demikian, bagi anak kos dengan uang saku terbatas, memilih makanan di layanan pesan antar tidak mudah. Ada banyak pertimbangan bukan hanya soal rasa tetapi juga persoalan harga. Oleh sebab itu, melihat review makanan menjadi sebuah keharusan. Jangan sampai sudah keluar banyak uang tetapi rasa biasa saja atau rasa yang luar biasa tetapi harga melebihi budget makan dalam satu hari.

Review atau testimoni di era digital saat ini memang menjadi sangat penting selain mampu menumbuhkan rasa percaya pada calon konsumen, juga sebagai daya tarik bagi calon konsumen untuk mau membeli produk tersebut. Melihat betapa pentingnya sebuah review dan testimoni maka tidak jarang banyak pebisnis yang bersedia membayar mahal publik figur untuk mempengaruhi massanya agar membeli produk mereka. Menjamurnya konten review makanan di platform sosial media juga membuktikan bahwa sudah banyak orang yang sadar mengenai pentingnya membaca dan mendengar sebuah review atau testimoni.

Meskipun demikian, ada satu hal yang membuat review dan testimoni banyak diragukan oleh para kosumen yaitu review yang lebay (berlebihan). Gambaran review lebay dalam produk makanan seperti saat reviewer baru mengigit dan belum sempat menelan makanan tetapi sudah berucap banyak seperti "bumbunya kerasa banget" "teksturnya lembut" "sumpah enak banget, kalian harus coba" "bener-bener seenak itu" dan ungkapan lainnya. Padahal baru gigitan pertama itupun belum benar-benar ditelan. Bukan hanya itu saja, penggunaan filter foto saat sedang melakukan proses review makanan juga menambah adanya bias terhadap kejujuran review tersebut. Penggunaan filter memang masih menjadi bahan perdebatan, bagi saya pribadi menggunakan filter sah-sah saja tetapi harus memiliki batasan. Jangan sampai niat awal untuk mempercantik tampilan tetapi dinilai menipu.

Jika diperhatikan dengan seksama, menjadi seorang reviewer memiliki tanggung jawab besar apalagi sudah memiliki banyak massa atau penggemar di sosial media. Review yang bagus terhadap suatu produk akan berdampak pada peningkatan penjualan produk tersebut, sedangkan review jelek akan menurunkan penjualan produk tersebut. Sehingga tidak heran beberapa waktu lalu sempat muncul kasus antara brand Eiger dengan seorang Youtuber yang sempat me-review produk dari Eiger, kasus ini diakhiri dengan pihak Eiger mengeluarkan surat permintaan maaf. Meskipun demikian, para reviewer di sosial media juga harus berhati-hati dalam menyampaikan pendapat, saran dan kritik terhadap suatu produk di sosial media, sebab menurut pengamat hukum Wawan Muslih, seorang reviewer atau konsumen yang terbukti me-review barang secara tidak benar dan negatif dapat dikenakan sanksi hukum merujuk pada pasal 28 ayat 1 UU ITE "Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi elektronik"

Adapun beberapa tips bagi reviewer agar tidak terkesan lebay dan menipu, khususnya produk makanan:

  • Mengetahui banyak jenis makanan. Memiliki pengetahuan tentang banyaknya jenis makanan membuat proses review makanan tidak monoton dan asal-asalan. Sehingga review makanan benar-benar dilakukan secara serius, mulai dari tampilan makanan, dominasi rasa, perbandingan dengan produk lain, ciri khas sampai dengan kewajaran harga. Hal ini akan mempermudah calon konsumen untuk mengambil keputusan buy or bye dalam produk makanan tersebut yang disesuaikan dengan selera pribadi.
  • Setidaknya habiskan setengah makanan dahulu baru berkomentar banyak. Ini akan memberikan reviewer waktu yang cukup untuk memvisualisasikan rasa makanan tersebut sehingga pernyataan yang disampaikan lebih obyektif, nyata dan jujur.
  • Jika ingin menggunakan rating, cukup dengan tiga tingkatan rating saja; tidak enak-biasa saja-enak. Jangan terlalu banyak tingkatan agar tidak membuat bingung calon konsumen.

Dari sini, maka sudah semestinya seorang reviewer wajib bersikap obyektif dan jujur dalam menyampaikan pendapat, saran dan kritik terhadap suatu produk makanan. Sebab, review dan testimoni yang jujur dan disampaikan dengan baik bukan hanya dapat meningkatkan kualitas dari produk tersebut tetapi juga menyelamatkan dompet konsumen, sehingga tidak lagi terkena jebakan batman.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline