Lihat ke Halaman Asli

Tuhu Nugraha Dewanto

Principal of Indonesia Applied Digital Economy & Regulatory Network (IADERN)

Social Media Measurement Tools, Pilih Mana?

Diperbarui: 24 Juni 2015   23:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tantangan pemilik  brand setelah tahu, dan nyebur ke social media, tentu saja melakukan pengukuran apakah keterlibatannya di social media ini, memberikan dampak positif bagi business objective atau tidak. Nah yang tak kalah penting, adalah memilih alat pengukurnya apa? Begitu banyak alat yang bisa dipilih untuk melakukan pengukuran. Mulai dari yang gratisan hingga yang berbayar. Fitur yang ditawarkan pun akan sangat beragam. Misalnya untuk mengukur FB, ada FB Insight, Social Baker, simply Measured dll. Untuk Twitter ada Tweet Reach, TwitterCounter, Hootsuite dll. Pada satu titik, beragam pilihan ini, akan membingungkan. Oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut, sebelum memutuskan Anda akan berinvestasi pada alat pengukuran yang mana? Metriks Pertama tentukan dulu metriks apa sebenarnya yang perlu diukur, sesuai dengan KPI dan tujuan yang sudah ditetapkan. Baru mencari alat ukur apa yang tepat untuk mengukurnya. Apakah ada alat ukur yang gratis? Ataukah fitur ini hanya ada di yang berbayar? Jangan menggunakan logika berpikir sebaliknya. Asal nemu alat ukur yang baru, maka semua data disajikan, mentang-mentang gratisan. Padahal data tersebut tidak menjawab obyektif yang sudah ditetapkan. Ini akan merugikan karena akan mengaburkan pengambilan keputusan bisnis berikutnya. Budget Beberapa alat ukur yang sanagt mumpuni biasanya harus berbayar, maka pertimbangkan juga akan hal ini. Berapa Anda rela untuk menginvestasikan dana untuk membeli alat ukur yang akan memberikan arahan yang lebih baik untuk pengambilan keputusan. Kontribusi bagi Pengambilan Keputusan Bagi beberapa brand, social media pengaruhnya masih sangat minor dalam pengambilan keputusan. Bisa karena memang konsumennya memang belum terlalu signifikan disana, atau memang karena manajemen belum menganggap itu penting dan strategis. Kalau memang seperti ini, ya tidak perlu terlalu sibuk berinvestasi di alat ukur yang canggih. Karena investasinya akan sia-sia saja, tidak akan memberikan ppengaruh apapun pada jalannya bisnis. lain cerita apabila social media sudah dianggap sebagai bagian strategis dari perusahaan, dan pengelolaan brand. Misalnya social media menjadi tumpuan untuk melakukan riset konsumen, pengembangan produk baru hingga membangun loyalitas. Maka akan sangat penting bagi perusahaan  untuk berinvestasi pada alat ukur yang canggih. Industri Industri yang digeluti juga akan mempengaruhi alat ukur apa yang harus dimiliki oleh perusahaan. Misalnya industri yang sangat rentan terhadap isu negatif, maka wajib berinvestasi di social media monitoring . Jadi bisa dengan cepat mengidentifikasi apabila terjadi krisis pada brand-nya di ranah digital, dan bisa segera melakukan tindakan. Sumber Daya Manusia SDM ini juga penting untuk diperhatikan, dalam pengambilan keputusan alat ukur apa yang akan digunakan. Dalam artian, apabila SDM-nya sendiri tidak siap, maka berinvestasi dengan alat yang canggih akan sia-sia. Karena SDM yang dimiliki tidak bisa menggali makna dari data-data yang diperoleh. Di sisi lain, alat ukur yang berbayar biasanya lebih mudah digunakan, dan menghemat waktu. Sebaliknya apabila menggunakan yang gratisan, banyak data yang harus dihitung manual, dan ini berarti akan menghabiskan jam kerja lebih banyak. jadi bisa dipertimbangkan mana yang lebih efisien. Secanggih apa pun sebuah alat ukur, maka dibutuhkan kompetensi analisis dari orang yang membaca, dan melakukan interpretasi dari data-data tersebut. Ada tambahan lain? Tuhu Nugraha Dewanto Follow on Twitter: @tuhunugraha LinkedIn: http://www.linkedin.com/in/tuhunugraha




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline