Lihat ke Halaman Asli

Tri Budhi Sastrio

Scriptores ad Deum glorificamus

Kasidi Nomor 444 - Lontong Cap Go Meh

Diperbarui: 2 Maret 2018   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

indonesia-tourism.com

Hiruk pikuk Imlek sudah empat belas hari berlalu, dan pada malam sebelum hari yang kelima belas ada peringatan lain yang dikenal sebagai Cap-Go-Meh tetapi dengan embel-embel di depannya kata 'lontong'. Tidak ada nasi cap go meh, juga tidak ada ketupat cap go meh. Yang ada adalah lontong cap go meh, ini jika Indonesia yang dijadikan tolok ukur. Inilah yang selama ini dipahami oleh Kasidi.

Sebagai mana layaknya sebuah perayaan budaya, perayaan yang satu ini selalu dipenuhi dengan makna simbolis, makna metaforis, makna yang berada di balik tampilan fisiknya. Mengeksplorasi makna metaforis selalu menarik, bahkan oleh hati yang sedang risau dan galau sekali pun.

Malam kelima belas setelah Imlek dalam penanggalan bulan tentulah bulan purnama. Jika langit cerah, bulan pasti tampak bulat, indah cemerlang, mendatangkan banyak kegembiraan, meskipun mungkin untuk hati yang risau bulan purnama dapat menjadi beban tambahan. Pada masa-masa awal ditetapkannya malam ini, orang biasanya merayakan dengan menyalakan dan melepaskan lampion diiringi oleh tarian barongsai, sedangkan makanan yang disantap dikenal dengan nama 'yuan xiao', nasi yang dikepal, padat, tidak encer. Padat adalah simbol keberuntungan, encer simbol kemalangan. 

Nah, bola-bola nasi padat ini jika di tanah Jawa bentuknya yang paling pas adalah lontong. Ketupat, meskipun juga padat, tetapi karena bentuknya sudah terlanjur ditetapkan jauh sebelumnya, maka pilihannya jatuh pada lontong. Bentuk lontong yang memanjang juga dimaknai sebagai lambang panjang umur, tetapi tidak lalu berarti lontongnya dibuat dengan ukuran panjang yang tidak proporsional. Cukup lontong dengan ukuran normal, unsur panjang umur sudah tercapai.

Begitu juga dengan lauk pauk yang menyertai lontong. Ayam atau daging yang dimasak dengan kuah bersantan dan berkunyit akan memberi kesan berkilauan laksana emas, dan warna keemasan semacam ini adalah warna keberuntungan.

Jadi dengan merayakan Cap Go Meh, bersama keluarga dan kerabat, mengundang handai taulan, makan bersama, apalagi dengan orang yang dicintai dan mencintai, harapan dalam pesta budaya ini -- sehat, panjang umur, damai dan bahagia -- sudah terucapkan dengan sendirinya. 

Tuhan pun yang tentu paham dengan harapan semacam ini, mungkin akan tersenyum gembira melihat 'anak-anakNya' dapat hidup rukun dan damai, saling mencintai dan setia. Ayo lapangkan hati, luaskan wawasan, ringankan pikiran, jangan khianati harapan orang-orang mencintai. Kasidi no. 444 -- SDA02032018 - 087853451949 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline