Lihat ke Halaman Asli

Totok Siswantara

TERVERIFIKASI

Menulis, memuliakan tanaman dan berbagi kasih dengan hewan

Investasi Valas dan Para Spekulan yang Menikmati Kekacauan

Diperbarui: 30 April 2024   13:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Rupiah Melemah (Sumber: TOTO SIHONO/KOMPAS.com)

Investasi valas yang penuh dengan spekulasi ibarat antara madu dan racun bagi suatu negara. Pelaku pasar valuta asing sangat beragam, mulai dari perorangan yang coba-coba berspekulasi dalam skala kecil hingga perbankan dan para investor valas berkelas global yang bergelut dalam perdagangan mata uang untuk berbagai tujuan, termasuk spekulasi, lindung nilai (hedging), dan perdagangan dunia.

Benarkah daya Tarik utama dari forex trading adalah fleksibilitasnya yang tinggi, memungkinkan investor untuk melakukan transaksi kapanpun selama jam perdagangan yang panjang. 

Apakah forex trading hanya membutuhkan modal awal yang relatif kecil dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, seperti saham atau properti? Anggapan diatas terlalu bombastis dan kondisinya tidak semudah yang dibayangkan.

Para pelaku pasar valas banyak yang menjadi pengagum sekaligus pengikut fanatik George Soros. Namun, mantan Perdana Menteri Malaysia pernah menyatakan bahwa perusahaan hedge fund milik Soros telah membuat nilai tukar sejumlah mata uang di Asia terombang-ambing dan rontok tak berdaya. 

Mahathir menyatakan bahwa perdagangan mata uang itu sebenarnya hal yang tidak penting bagi suatu negara, tidak produktif, dan tidak bermoral.

Masih terngiang ucapan Rizal Ramli (RR), Begawan ekonomi Indonesia dalam suatu diskusi. RR menuding Soros sebagai pihak yang mesti bertanggung jawab terhadap krisis moneter yang parah beberapa tahun silam, berawal dari Thailand lalu menjalar hingga Indonesia dan menyebabkan krisis berdampak sistemik hingga ke Indonesia.

Saat itu mata Soros sangat jeli dalam melihat kondisi Thailand. Dilihatnya negara itu mengalami defisit transaksi berjalan yang semakin besar dan mata uangnya overvalued sampai 15 persen, lebih tinggi dari Indonesia. Melihat hal itu naluri Soros menjadi garang, di hajarlah mata uang Thailand, lalu krisis terjadi di negeri Gajah Putih tersebut.

Menurut RR, dosa Soros yang tidak bisa diampuni adalah semakin menjamurnya spekulan yang mengikuti jejaknya. Termasuk di Indonesia. 

Pengikut Soros tersebut semakin agresif tanpa melihat kepentingan bangsa. Mereka justru agresif memancing di air kerus jika terjadi pelemahan rupiah.

lustrasi nilai tukar rupiah melemah terhadap dollar AS.(shutterstock via Kompas.com)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline