Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat dan Praktisi

Pandai Bersyukur, Pandai Berterima Kasih

Diperbarui: 30 Juli 2021   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Kompas.com


Menarik. dalam ibadah Salat Jumat, 30 Juli 2021, di Komplek Perumahan saya, dengan protokol Covid-19 ketat, Khatib menyampaikan khutbah yang berisi pesan-pesan moral dengan mengambil keteladanan seorang pesepak bola, Cristiano Ronaldo yang dikenal oleh publik dunia dengan sebutan CR7.Lebih menariknya lagi, CR7 yang menjadi idola para pesepak bola mulai dari usia muda, milenial, hingga orang dewasa di seluruh penjuru dunia ini, diungkapkan sisi keteladanannya yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini dari hasil jerih payahnya sendiri, hasil kerja dengan keringatnya sendiri, bukan dengan harta orang lain, apalagi harta rakyat. Juga bukan model berterima kasih para pejabat pemerintah dan parlemen di Indonesia, karena faktor kepentingan dan bagi kue kekuasaan, dan uang rakyat.

Karenanya, dari keteladanan CR7, yang hanya bekerja sebagai pesepak bola profesional, lalu menjadi bintang iklan dll, dapat disimpulkan bahwa di tengah pandemi corona yang berkepanjangan, saya kembali diingatkan bahwa dalam kondisi apa pun, sebagai manusia biasa, rasa syukur dan pandai berterima kasih, wajib terus melekat pada diri saya, sebab pandai bersyukur dan berterima kasih itu akan sangat mudah luntur oleh sesuatu dan keadaan yang mempengaruhi dan menghimpit manusia di alam dunia.

Lihatlah ucapannya, jangan lihat orangnya

Sepanjang kehidupan saya, sejak kecil, lalu bersekolah di TK, SD, SMP, SMA, PT, dan saat mengikuti kegiatan keagamaan di berbagai tempat, menyoal menjadi manusia yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini, entah sudah berapa kali saya dengar, namun meski sudah tak bisa dihitung berapa kali pesan agar saya menjadi seseorang yang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini, sering sekali mudah luntur bila tak terus dirawat dan dijaga dengan kecerdasan otak dan kecerdasan emosi.

Menyangkut pesan tentang pandai bersyukur dan pandai berterima kasih ini, bahkan akan terus merasuk dalam pikiran dan hati, meski dilontarkan atau diingatkan oleh orang tua, guru, khatib, bahkan oleh siapa pun, sebab sejak kecil, saya juga sudah terbiasa dengan nasihat:

Perhatikanlah ucapannya jangan memperhatikan yang mengucapkan!

Oleh sebab itu, setiap ada pesan dan nasihat agar saya menjadi orang yang pandai bersyukur dan berterima kasih ini, siapa pun yang menyampaikan, selalu saya ambil hikmahnya, bahwa pandai bersyukur dan pandai berterima kasih adalah sebuah kebenaran dan kebaikan untuk kehidupan manusia di dunia yang balasannya akan diperhitungkan di duniaNya kelak

Jadi, bila kita menerima pesan dan nasihat kebenaran dan kebaikan yang datang, walaupun berasal dari orang jauh, orang yang mungkin kita tidak suka atau bisa jadi kita benci dll, maka lihatlah, dengarlah pesan dan nasihatnya, jangan lihat orangnya.

Sebaliknya, kita harus menolak pesan dan nasihat yang batil,  walaupun berasal dari orang dekat atau orang yang kita cintai dan sayangi sekali pun.

Mengapa saya ungkap menyoal perhatikanlah ucapannya jangan memperhatikan yang mengucapkan?

Pertama, saya sering berbagi dalam bentuk tulisan. Bila dalam tulisan yang saya bagikan ada hal yang baik, ada hal kebenaran dan kebaikan dari Nya untuk manusia, maka bagi siapa saja yang tahu betul dan mengenal siapa diri saya, khususnya bagi yang tidak suka atau benci kepada saya, maka lihatlah saja hal kebenaran dan kebaikan dari Nya saja, bukan melihat diri saya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline