Lihat ke Halaman Asli

Tonny Syiariel

TERVERIFIKASI

Travel Management Consultant and Professional Tour Leader

Romantika Perjalanan, "Awas Copet!" di Mana-mana

Diperbarui: 7 Desember 2020   03:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi pencopet yg beraksi di jalan. Sumber: www.blogue.lacapitale.com

Situs perjalanan ternama kerap berbagi kiat tentang bagaimana melindungi barang-barang pribadi ketika bepergian. Judul artikel semacam, "How to Keep Your Belongings Safe While Traveling" bisa di-googling dengan mudah. Namun, kejadian kehilangan terus menimpa banyak pelancong dari waktu ke waktu.

Sementara itu, di antara sesama pelancong, sebuah nasehat yang lebih tajam sering dibagikan. "Jaga selalu paspormu dengan baik. Di luar negeri, paspor itu bak nyawa kedua!" Berlebihan? Hm, bisa saja ada yang berpandangan demikian. Tetapi, kenyataannya, benda bernama paspor itu memang adalah dokumen maha penting yang harus selalu dijaga. O ya, tentu saja uang dan handphone juga penting.

Dalam pengalaman perjalanan selama ini, penulis sendiri telah mengalami atau setidaknya membuktikan kebenaran hal tersebut. Kehilangan paspor ibarat bencana saja. Jadwal perjalanan yang telah tersusun rapih pun bisa berubah drastis, bahkan berantakan.

Pada dasarnya, selain paspor, semua pelancong wajib menjaga juga uang yang dibawa serta berbagai kartu bank yang dimiliknya, misalnya kartu kredit, dan lain-lain. Sekalipun saat ini proteksi terhadap penggunaan kartu kredit kian ketat dengan penerapan PIN.

Di zaman dulu, banyak pelancong membawa 'Traveller's Cheque' sebagai alat pembayaran yang aman, dibandingkan membawa uang kontan. Namun, di era cashless, jangankan 'Traveller's Cheque', banyak pelancong juga membatasi membawa uang kontan dalam jumlah besar. Selebihnya, lebih mengandalkan kartu kredit atau kartu debit.

Contoh dompet duit dan paspor yg bisa diselipkan di balik baju. Sumber: koleksi pribadi

Kembali ke soal paspor tadi. Jika uang hilang (dicopet) masih bisa pinjam ke sesama teman seperjalanan. Tetapi, bagaimana kalau paspor yang ikut hilang? Pasti sangat memusingkan. Selain harus bergegas melaporkan ke kantor polisi terdekat untuk mendapatkan surat keterangan kehilangan, Anda juga wajib ke Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) yang biasanya berlokasi di ibukota negara tersebut untuk mengurus SPLP (Surat Perjalanan Laksana Paspor).

Kerepotan itu kian menjadi, jika kehilangan itu terjadi di kota lain, di mana tidak ada KBRI. Apalagi jika masih melanjutkan ke negara yang lain. Makin ribet, bukan? Dan bisa saja, terpaksa membatalkan semua sisa perjalanan dan langsung pulang ke tanah air setelah mendapatkan SPLP tadi. Liburan yang indah pun menjadi mimpi buruk.

Paspor dan uang yang biasanya disimpan dalam tas maupun dompet bisa dicopet di mana saja. Bukan hanya di kerumunan turis di obyek wisata, di toko yang ramai atau di kawasan pejalan kaki yang padat. Tetapi, juga di lobby hotel, dalam restoran, lift, bahkan di dalam rumah ibadah. Pencopet sepertinya sudah mempunyai daftar target yang jelas. Lokasi-lokasi favorit di mana turis sering lengah seolah sudah ada dalam daftar perburuan mereka.

Karikatur copet. Sumber: Isaac Robert Cruikshank /wikimedia

Dalam suatu perjalanan bertahun lalu, sebuah insiden tidak terduga terjadi di sebuah restoran Chinese di tepi Danau Como, Italia. Restoran yang saat itu tidak begitu ramai membuat kami tidak menyadari kehadiran dua pencopet. Pasangan pencopet itu berpenampilan rapi, tidak bedanya dengan warga setempat. Sempat melihat sekilas, mereka sedang ngobrol sambil ngopi di salah satu sudut resto.

Setelah bersiap berangkat, tetiba Ibu A yang asal Bandung menjerit, "Mana tasku? Siapa yang ambil?" Anak lelaki remajanya yang dititipin tas sang Ibu yang ke toilet hanya terdiam. Dia ternyata tidak menjaganya, seperti pesan Ibunya. Tas tangan branded, yang berisi dompet serta paspor dan ribuan Euro, yang sebelumnya digantung di kursi lenyap tanpa bekas. Seketika, kami memandang ke meja pasangan tadi yang juga sudah kosong.

Rute perjalanan hari itu dari Milan - Como - Lucerne, Swiss. Kota Como berada di dekat perbatasan Italia dan Swiss. Sungguh dilematis. Si Ibu dan anaknya tidak mungkin kembali ke ibukota Roma untuk mengurus SPLP di KBRI di sana. Sedangkan, mau menyeberang ke Swiss pun tidak ada paspor. Beruntunglah saat itu, kami berhasil 'selundupkan' mereka lewati perbatasan. Dan akhirnya, SPLP tersebut baru diurus di KBRI Paris dan kembali ke Jakarta dengan lancar. Pengalaman yang tidak terlupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline