Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Tjeng Beng yang Sudah Dilupakan Generasi Muda?

Diperbarui: 6 April 2022   04:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: padangkita.com

Cucu Sudah Tidak Tahu Lagi Siapa Kakek dan Neneknya

Hari ini,tanggal 5 April 2022 ,merupakan hari yang dulunya setiap tahun diperingati dengan jalan ziarah ke makam leluhur. Saya menulis kisah ini hanya berdasarkan tradisi yang selama puluhan tahun dijalani dengan setia oleh warga keturunan Tionghoa di kota Padang  Sumatera Barat . Bahkan yang sudah merantau keluar daerah,menyempatkan untuk kembali ke kampung halaman demi agar dapat  menghormati  leluhur . Karena pada waktu itu prinsip yang dipegang teguh adalah :" Menghormati leluhur,bukan hanya semasa hidup,tapi juga setelah jazadnya menyatu dengan bumi" 

Pada setiap makam,terpahat nama anak mantu dan cucu cucu .Sehingga hanya dengan memperhatikan makam leluhur ,orang akan dapat mengetahui silsilah keluarga . Karena tingkatan generasi diatur dengan membedakan nama tengah. Misalnya, nama tengah ayah saya dan saudara ayah saya adalah :" Ka" dan kemudian kami anak anak memiliki nama tengah :"Kim" dan selanjutnya anak anak kami dan begitu juga anak anak dari semua saudara saya ,memiliki nama tengah :"Eng" Sehingga dengan mendengar nama saja,orang sudah tahu,level kita didalam keluarga 

Ziarah ke Makam Leluhur 

Masing masing anak cucu,membawa kelengkapan seperti sabit ,cangkul dan sapu untuk membersihkan makam  leluhur  yang pada waktu itu  masih terpusat di Bukit Sentiong  Setelah makam  dibersihkan maka ditaburkanlah bunga rampai diatas pusara . Bagi leluhur yang belum lama meninggal,disamping tabur bunga,juga diletakan kertas sembahyang diatas pusaranya di delapan pejuru angin dan ditindih dengan batu,agar tidak diterbangkan angin, Kemudian ada acara sembahyang leluhur. Dialtar yang ada didepan makam,disediakan minuman dan makanan yang biasa disantap oleh alm. Masing masing memasang hio 3 batang 

Setelah semua dapat giliran,maka kue dan makanan yang sudah selesai  disembahyangkan,dimakan bersama sama Karena diyakini sudah mendapatkan berkah dari arwah leluhur. Hal ini dilakukan oleh semua anggota keluarga walaupun bukan penganut ajaran Budha atau Khonghucu .Semuanya dilakukan berdasarkan tradisi turun temurun 

Cukup Membayar Orang

Kemudian sejak terjadinya perubahan zaman,anak cucu sudah tidak lagi mau berpanas panasan . Prinsipnya makam bersih .Maka dibayarlah kepada orang lain untuk membersihkan makam leluhur dan bila sudah bersih,anak mantu cucu tinggal datang sembahyang .Yang sudah tinggal didaerah lain,sudah tidak lagi merasa terbebani untuk pulang ziarah,melainkan cukup dengan mengirimkan uang ke kampung halaman,untuk membayar upah orang membersihkan makam leluhur

Belakangan Makam Leluhur Sudah Mulai Dilupakan  oleh Generasi Muda Tionghoa

Belakangan ini, hari Tjeng Beng (Ching Ming) sudah kehilangan gaungnya khususnya di Padang   Sama sekali tidak ada lagi pembahasan tentang Tjeng Beng. Padahal kalau dulu,sebulan sebelum hari H nya,sudah tampak kesibukan ,khusus bagi yang  tinggal di luar daerah,untuk memasitikan bisa pulang ziarah makam leluhur .Kini di era mileneal Tjeng Beng sudah dilupakan generasi muda. Secara tersirat,orang tua hanya akan dihormati selama masih hidup dan bila sudah meninggal ya sudah! Bahkan generasi ketiga sudah tidak tahu lagi siapa kakek nenek mereka.  Menyedihkan banget. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline