Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Merasa Diri Hebat, Mendorong Orang Bersikap Angkuh

Diperbarui: 19 April 2018   19:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto: shironosov | Getty Images

Tetaplah Rendah Hati, Walaupun Memiliki Kelebihan

Setiap orang memiliki kelebihan dan juga kekurangan. Ada yang cerdas,bahkan mungkin dapat dikatakan jenius. Orang lain, mungkin kurang cerdas tapi tampan dan cantik atau bisa jadi, ada orang yang memiliki gabungan yakni cerdas, tampan atau cantik dan sekaligus memiliki kehidupan yang mapan.

Kondisi seperti inilah yang seringkali menyebabkan orang lupa diri dan secara tanpa sadar bersemilah dalam hatinya sifat arogansi. Merasa memiliki berbagai kelebihan,yang tidak dimiliki orang lain. Hal ini ditunjukan tidak hanya dalam tutur kata dan perilakunya, tapi juga dalam bahasa tubuh yang dikedepankan.

Dalam setiap pertemuan, selalu ingin menjadi sumber perhatian dan hampir tidak pernah terpikirkan untuk memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan pendapat. Karena merasa dirinya jauh lebih memahami segala masalah dan bahwa pendapat orang lain itu tidak penting untuk didengarkan. 

Hal ini baik sadar ataupun tidak, tampak pada mimik wajahnya  ketika sedang berbicara. Senyum sinis mendengarkan penjelasan orang lain dan tidak jarang memotong pembicaraan orang, karena merasa pendapat orang salah atau berdiri dengan bertolak pinggang tanpa merasa perlu menghargai lawan bicaranya.

Nilai Plus Yang Terdapat Pada Diri Kita Jangan Sampai Berubah Menjadi Kutukan

Ketika hidup dalam kondisi kekurangan orang lebih mudah mengontrol dirinya bahwa ada kalanya giliran kita dan ada kalanya tiba giliran orang lain. Akan tetapi. bilamana kehidupan sudah mapan, maka hal in sering membuat orang lupa diri karena dalam dirinya tertanam rasa angkuh diri bahwa hanya dirinya yang paling pintar dan paling benar.

Kemanapun pergi, mengharapkan agar selalu dinomor satukan. Secara perlahan tapi pasti, satu persatu temannya akan menjauh dan meninggalkan dirinya. Karena setiap orang yang normal pasti akan merasa senang bila keberadaannya diakui.

Belajar dari Pengalaman Orang Lain

Dikampung saya, pada waktu itu Pak Hengki termasuk salah seorang  pengusaha yang kaya raya. Sayang sekali karena merasa dirinya  memilki uang dalam jumlah banyak, Hengki sama sekali tidak mau bergaul dengan orang orang yang dianggapnya tidak selevel. Pada waktu itu, masih ada ronda malam secara bergilir dari setiap warga yang sudah dewasa. Tapi Pak Hengki tidak pernah sekali juga menampakkan wajahnya. Ia selalu membayar orang untuk menggantikannya.

Bahkan kalau ada orang meninggal, maka lazimnya para tetangga dan teman temannya baik yang berada dalam satu perkumpulan, maupun tidak, pasti akan datang untuk melayat. Tapi Pak Hengki tidak pernah sekali juga datang melayat. Ia hanya datang bilamana ada undangan pernikahan. Itupun kalau keluarga yang menikah kira kira selevel dengan dirinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline