Lihat ke Halaman Asli

TJIPTADINATA EFFENDI

TERVERIFIKASI

Kompasianer of the Year 2014

Mental yang Optimis, Kekuatan Terbesar Hadapi Kegetiran Hidup

Diperbarui: 22 Juni 2017   09:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

depositophotos

Optimis adalah yakin diri,bahwa segala sesuatu akan berubah menjadi lebih baik. Sikap optimis yang ada dalam diri kita,merupakan benteng,untuk mempertahankan diri terhadap gempuran berbagai masalah hidup. Tanpa memiliki sikap optimis,maka orang akan tumbang ,putus asa dan akhirnya mengambil jalan pintas mengakhiri penderitaannya,yakni bunuh diri.Akan tetapi hal ini tidak dapat secara serta merta dicomot dari sana sini,melainkan butuh waktu untuk mempersiapkan diri. 

Modalnya adalah yakin diri,bahwa dengan kerja keras dan upaya yang tidak kenal kata menyerah,pasti akan membawa perubahan kearah hidup yang lebih baik.Menolak semua pikiran yang dapat mengoyahkan keyakinan ,misalnya kata:

  • saya sudah berusaha mati matian
  • tapi tampaknya sudah nasib saya seperti ini
  • tidak kuat lagi menahan penderitaan
  • saya menyerah
  • jalan hidup saya sudah buntu
  • sudah suratan  saya harus jadi kuli
  • kerja keras dan doa siang malam sudah 
  • tapi hasilnya tetap nol besar

Kutipan Sebuah Percakapan pribadi

Istri sudah semiggu tergelak ditempat tidur.Terbaring sakit ,akibat kelelahan dan kurang makan Sementara anak kami kurus dan pucat,serta sering kejang.Saya duduk dengan pikiran sedih dan galau bercampur aduk.Tiba tiba istri saya melambaikan tangan kearah saya dan dengan suara perlahan mengatakan: "Sayang,boleh belikan saya sate Padang,Dua tusuk sate saja sudah cukup",pinta istri saya. Hampir tak kuasa saya menahan jatuhnya air mata.

Saya tertegun sesaat dan agak tergagap menjawab:"Ya ya tentu saja boleh sayang,".Padahal dikantong saya ,sama sekali tidak ada lagi uang. Tapi mana mungkin tega mengecewakan istri yang lagi sakit dan hanya minta dua tusuk sate.?

Saya langsung pamitan dan keluar dari gubuk kami. Kalau nasi bungkus,saya masih bisa berhutang pada Koh San,yang jualan nasi di gerobak,depan Bioskop Purnama.Tapi kalau tukang sate,mana ada yang mau kasih utang? Tapi saya yakin,dimana ada kemauan ,pasti akan ada jalan .

Kaki saya melangkah ,kelokasi dimana biasanya saya ikut dalam kegiatan bongkar barang dari bus dan truk.Dengan harapan,semoga ada truk yang sedang membawa barang. Terdorong hasrat hati untuk membelikan sate Padang untuk wanita yang paling saya cintai ,maka dengan setengah berlari saya menuju kelokasi.Dari jarak puluhan meter,tampak ada truk dari Sungai Penuh,yang membawa kulit manis dan kopi.

Alangkah bersyukurnya saya. Ketika tiba disana,saya minta ijin pada kepala gudang ,untuk ikut membongkar barang, Lagi lagi bersyukur,ternyata memang lagi kekurangan orang,saking banyaknya truk yang datang,

Bagaikan orang kesurupan ,saking semangatnya,saya ikut membongkar barang .Selesai ,bagian saya dikasih dan langung pamitan,karena memang saya cuma buruh lepas disana.

Beli Sate 

Sambil berlari lari,saya mencari tukang sate Padang dan begitu ketemu langsung mesan satu bungkus dengan 4 tusuk sate. Kemudian secepatnya pulang kegubuk kami. Menyerahkan sate ketangan istri . Sangat senang menengok istri bisa makan ,setelah dua hari sama sekali tidak makan,kecuali minum air nasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline