Lihat ke Halaman Asli

Tiska Dwi

Mahasiswa

Memahami Hukum Belajar untuk Meningkatkan Stimulus dan Respon

Diperbarui: 24 September 2022   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon. Inilah sebabnya mengapa teori koneksionis juga dikenal sebagai "Teori Ikatan S-R" dan "Psikologi Pembelajaran S-R". Selain itu, teori ini juga dikenal untuk "pembelajaran trial and error". kata itu berarti lamanya waktu atau banyaknya kesalahan untuk mencapai tujuan. Jika kita mengikuti eksperimen Thorndike lebih awal, kita akan dapat dua faktor utama yang berkontribusi terhadap munculnya fenomena belajar. Pertama, keadaan kucing lapar. Jika kucing sudah kenyang, selesai.  

Tentu saja tidak berusaha untuk melarikan diri. Bahkan, mungkin dia hanya tidur dalam puzzle box yang mengelilinginya. Dengan kata lain, kucing tidak menunjukkan tanda-tanda belajar untuk pergi. Dalam hal ini, hampir dapat dipastikan motivasi (seperti rasa lapar) sangat penting dalam belajar. kedua, adanya makanan di pintu adalah efek Positif atau Memuaskan, diwujudkan dengan tanggapan, kemudian menjadi dasar munculnya hukum belajar disebut hukum efek. Artinya, jika respon menghasilkan efek yang memuaskan, hubungan antara stimulus dan respon akan lebih kuat.

Di sisi lain, efek yang kurang memuaskan (mengganggu) ketika respons tercapai, semakin lemah hubungan antara stimulus dan respons. Jadi, hukum belajar terdiri dari hukum kesiapan, hukum berlatih seperti bayi yang dilatih untuk berjalan, kuncing yang kelaparan, dan hukum yang berdampak seperti ketika ada individu yang memberi semangat tersendiri (guru favorif).  Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Edward Lee Thorndike




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline