Lihat ke Halaman Asli

tika

A blue story

Pergi Bukan Berarti Enggan Kembali?

Diperbarui: 18 September 2020   21:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source : pinterest.com

Mengabaikan pesan bukan berarti ia benar-benar acuh, melainkan ada alasan yang terjadi.

Kau enggan makan bukan berarti benar-benar tak lapar, melainkan ada alasan lain yang terjadi.

Dan semua yang ada di bumi semua terjadi karena alasan, entah alasan itu benar-benar diterima diluar nalar atau justru membuatmu bertanya-tanya. Mengapa harus saya? Lagi-lagi pertanyaan yang sama. Kau bilang kau handal dalam menunggu, entah menanti jawaban atas kepergiannya atau menunggu hal yang sebenarnya tak perlu kau tunggu. Entah alasan itu semacam mematahkan rasa untuk kau sakit pada awal penantian atau pada akhir yang sudah menjadi bubur.

Semua sama akan merasakan, mau sesakit rasa itu untuk benar-benar pergi kau harus mampu berpijak untuk tetap bertahan dan semesta memberi dua kemungkinan diantara satu pernyataan. Ia pergi bukan berarti hilang, antara pergi untuk bertemu lagi atau bahkan pergi untuk benar-benar meninggalkan luka. Meruntuki sebab salah satu hal yang terjadi kadang tak akan menyembuhkan luka, yang ada terkadang lupa memperbaiki diri.

Terlalu lengah akan segala hal, dan yang ada membuatmu benar-benar terpuruk. Tak semestinya semua yang pergi benar-benar hal yang buruk. Lagi-lagi semesta mengingatkan bahwasannya ada dua kemungkinan. Entah yang mana, yang akan datang menepi pada dirimu. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima semua hal yang terjadi, kau bisa mengubahnya bukan dengan sihir seperti dalam cerita fiksi, namun dengan doa. Kau bisa menyampaikan dengan suka hati, apapun itu. Tuhan mendegar, apapun tentang semesta.

kompasiana-end-5f64c175d541df263c0ed382.png




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline