Lihat ke Halaman Asli

Seandainya Aku Pun Pandai Menawannya Barang Sehari

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ia lelaki yang baik bagiku. Di rumah bambu, ketika tak sepeserpun uang dalam dompetnya. Ia bilang "Tetaplah di rumah. Aku yang akan pergi mencari makan. Tetaplah di rumah. Aku tak berkenan kau pergi tanpa kehadiranku" Ah, lelaki baik itu. Harusnya ia tahu, jika tak semua perempuan menyukai jadi tawanan. Hanya karena aku mencintainya, diam-diam aku suka caranya menawan gerakku. Lelaki baik. Lelaki baik, ayah dari anak-anakku. Lelaki yang kemudian menjadi jarang berada di rumah.

Sampai suatu ketika aku tak lagi tahan dipenjara sepi. Aku berjalan ke hutan, memasuki hutan demi memanggul kayu, daun pakis, rebung dan menangkap sedikit belalang. Pekerjaan sepanjang usia kecilku. Aktivitas yang mungkin lebih menyenangkan ketimbang berada di rumah. Tapi, saat itulah, aku mendadak gemetar. Aku sadar ada binatang lain yang hendak menangkapku. Aku berlari. Terus berlari dan berlari. Dalam pelarianku, aku membayangkan lelaki itu. Beginikah ia sepanjang hari? Sepanjang pelariannya ketika makanan harus terhidang tanpa sepeser uang bulanan. Ah, lelaki yang baik itu. Seandainya aku pun pandai menawannya barang sehari.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline