Lihat ke Halaman Asli

T.H. Salengke

TERVERIFIKASI

Pecinta aksara

Mengenal Logical Fallacy dalam Komunikasi

Diperbarui: 24 September 2022   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dok. Geotimes.co.id)

Mengamati komukasi dan interaksi sosial yang beragam, sangat sering kita temukan yang aneh dan tak masuk akal, bahkan menyesatkan. Masalahnya karena informasi yang kita terima tak sesuai dengan fakta yang sebenar sehingga sulit untuk dicernanya dengan baik.

Logical Fallacy bisa diartikan kesalahan menalar atau bisa juga sesat berpikir. Hal ini merupakan hukum sebab akibat dari adanya kesalahan komunikator dalam menyampaikan data-data komunikasi kepada publik sebagai komunikan, baik atas maksud sengaja menutup-nutupinya atau memang masih belum lengkap. Hal ini akan cenderung terkesan tidak jujur, maka publik menjadi salah dalam membuat persepsi.

Kesalahan logika sering terjadi dalam dunia pemerintahan atau di tempat kerja. Pihak berwenang kadang menutup-nutup fakta tertentu untuk tujuan menjaga dan menyelamatkan negara atau instansi tertentu. Contohnya kita tahu bahwa kondisi ekonomi sebuah negara sedang morat marit, tetapi pemerintah tetap menyampaikan data kepada masyarakat yang seolah-olah aman dan baik-baik saja.

Bagaimana dengan keadaan logical fallacy untuk tataran keluarga atau individu? Sebenarnya logical fallacy berlaku dalam semua tataran masyarakat. Apabila ada komunikasi yang salah dan membuat orang lain keliru dan sesat dalam berpersepsi, maka itu termasuk logical fallacy.

Faktor terjadinya logical fallacy sebenarnya banyak. Di sini saya akan mencoba menulis tiga saja:

Pertama: Adanya upaya untuk menjaga kepentingan negara atau instansi tertentu sehingga satu-satu cara harus menutup sebagaian data dan membuka sebagian yang lain kepada pihak tertentu atau kepada publik.

Kedua: Adanya upaya melindungi pihak tertentu dari ancaman bahaya, sehingga informasi yang disampaikan sebatas yang aman-aman saja.

Ketiga: Sengaja ingin memanipulasi data untuk kepentingan tertentu dengan maksud curang.

Pola berpikir yang keliru dalam menyampaikan fakta-fakta kepada pihak lain dengan menutup-nutupi bagian tertentu,sehingga informasi yang tersalurkan tidak sempurna bahkan fatal.

Akibat dari kesalahan logika pada komunikator, pasti akan menyebabkan kesalahan logika pada komunikan yang akhirnya berbuntut pada kesalahan interpretasi dan juga aksi. Maka dalam situasi ini, sering kita dengar publik bingung dengan situasi yang ada. Hal ini sudah merupakan tanda-tanda terjadinya logical fallacy di tengah-tengah masyarakat.

Lalu bagaimana logika berpikir yang benar pada komunikasi dan interaksi sosial? Penyampaian data yang informatif menggunakan bahasa ilmiah yang objektif dengan berdasarkan fakta-fakta yang sesuai, sehingga pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan melahirkan pemahaman dan efek yang positif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline