Lihat ke Halaman Asli

Thomson Cyrus

TERVERIFIKASI

Wiraswasta, blogger, vlogger

Di Saat Tidak Ada Lagi yang Peduli dengan Monyet di Sibaganding, Parapat, Pinggir Danau Toba

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13977277561629463525

Sumber foto : Dokpri

Saat saya ingin menulis artikel ini, pertanyaan yang mendasar bagi saya adalah, jika kita tidak peduli dengan sesama kita manusia, bagaimana kita bisa peduli dengan lingkungan? Tentu saja kita tidak akan peduli dengan monyet yang terlantar.

Saya sangat prihatin akan keberadaan daerah sekitar Danau Toba saat ini, seperti saya pernah tulis di kompasiana sebelumnya, Danau Toba ini telah mati suri, ada dan tiada, keberadaannya. Ketidakpedulian kita terhadap Danau Toba berimplikasi juga terhadap ketidakpedulian kita terhadap lingkungan sekitarnya.

Dulu, di samping pemandangan Danau Toba yang indah, maka ada salah satu tempat wisata juga yang tidak boleh dilewatkan yaitu Sibaganding, Disini adalah tempat pemeliharaan monyet-monyet, beribu-ribu ekor saat itu monyet yang ada di Sibaganding ini, yang mengelola adalah pribadi, seingat saya, pengelolanya pernah mendapatkan penghargaan dari pemerintah karena dedikasinya untuk memelihara monyet-monyet ini. Nama sang pawang adalah Umar Manik, tetapi saya belum dapat informasi akan perkembangannya, Umar Manik yang biasa dipanggil oppung Manik itu.  Saya masih ingat ketika kuliah dulu di Medan, jika saya pulang ke kampung, maka biasanya travel yang kita naiki akan singgah sebentar di Sibaganding ini, sekaligus istirahat.

Saat saya pulang ke Medan sekitar akhir maret kemarin, saya sungguh terkejut melihat nasib monyet-monyet di Sibaganding itu. Monyet-monyet itu sekarang berubah profesi, menjadi peminta-minta di pinggir jalan, persis di sepanjang jalan yang berkelok kelok menuju kota parapat. Menurut informasi dari adik saya yang menjemput saya ke bandara Kuala Namu. Monyet-monyet itu, sudah lama terlantar, di tinggal pengasuhnya akibat bertengkar, selisih paham di dalam mengelola. Biasalah, selalu ada korban jika anak manusia sudah berebut kekuasaan dan uang. Mungkin seiring waktu, dengan banyaknya pendapatan dari bantuan pemerintah dan juga penghasilan dari pengunjung yang datang ke tempat pemeliharaan monyet ini, maka mungkin juga semakin banyak uang yang berputar di dalam lokasi pemeliharaan.

Akibat tidak pedulian manusia terhadap nasib monyet-monyet ini, maka kehidupannya juga sangat tragis, bagi kita yang kebetulan lewat, kita seperti terhibur melihat monyet, beramai-ramai di pinggir jalan, tetapi kita tak boleh lupa. Keberadaan monyet itu adalah sedang meminta-minta makanan dan minuman dari orang-orang yang lalu lalang melewati jalan itu, mestinya jika ada kepedulian kita, entah itu pemda setempat, atau siapalah yang berwenang, maka monyet-monyet ini tidak boleh kita biarkan begitu saja. Kalau sedikit saja ada peri kemonyetan kita, kita tidak akan membiarkan monyet-monyet itu terlantar, mengiba mencari, sebutir dua butir kacang yang dilemparkan, atau sebiji dua biji pisang yang kebetulan ada dibawa orang yang lewat. Pertanyaannya, jika tidak ada sama sekali yang melempar makanan, mereka makan apa? Dan ini katanya sudah berlangsung lama, tahunan. Dimanakah peri kemonyetan kita?

Monyet-monyet yang dipinggir jalan ini, juga dapat mencelakakan orang-orang yang lewat, jika dalam keadaan lapar, lalu marah. Kita bisa disakiti, kita bisa dirampas oleh mereka, dan itu bisa saya rasakan, ketika saya memotret mereka, mereka seperti marah, ingin  merampas kamera yang saya pakai untuk memotret kehidupan mereka yang terlantar. Mereka tidak tahu, saat saya membidik kamera kepada mereka, disitulah saya memulai memperjuangkan nasib mereka, saya tidak tahu, bisa apa tidak membantu mereka lewat tulisan ini, tetapi tidak ada yang tidak mungkin, jika admin kompasiana melihat ini penting.

13977278631467433408

Sumber foto : Dokpri

Membiarkan monyet-monyet ini terlantar lebih lama lagi, akan menyakiti rasa  yang mereka milik, akibatnya mereka bisa marah, akibatnya mereka bisa mengganggu, seperti gambar di bawah ini, yang sudah mulai datang ke atap-atap rumah penduduk untuk mengiba dari orang-orang yang sedang mengopi di pinggir Danau Toba.

1397727933289278290

Sumber foto : Dokpri

Padahal jika kita bisa menempatkan monyet-monyet ini sebagai potensi wisata, maka tidak mustahil, wisatawan akan banyak berdatangan ke pinggir Danau Toba ini, akan muncul daerah perekonomian baru, jika kunjungan wisman banyak, pedagang akan bertambah, pendapatan penduduk sekitar akan semakin baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline