Lihat ke Halaman Asli

Ragu Theodolfi

TERVERIFIKASI

Penikmat seni, pencinta keindahan

Geliat Kawasan Kota Lama Kupang yang Terbangun dari Tidurnya

Diperbarui: 10 Juli 2023   21:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bemo, angkot di Kota Kupang dengan latar belakang bangunan yang direnovasi (Foto: Theodolfi)

Dikunjungi sahabat lama dari Poltekkes Palembang, Mbak Tari, rasanya bahagia sekali. Ingin rasanya mengajaknya berkeliling hingga ke ujung pulau. Namun apalah daya. Waktunya sangat singkat untuk menelusuri seluruh pulau. 

Jarak lokasi wisata yang ada di Kupang, NTT dan sekitarnya cukup berjauhan, dan sangat tidak mungkin dihabiskan dalam sehari perjalanan.

Pilihan akhirnya jatuh untuk menyambangi area kota tua di Kota Kupang. Lagipula, lokasi ini sudah mengalami perkembangan yang pesat beberapa tahun terakhir dan menjadi salah satu tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi bila waktu yang Anda miliki sangat terbatas. 

Mercusuar di kawasan Kota Lama Kupang, dengan latar lembayung senja (Foto: Theodolfi)

Sejarah perjuangan terlukis di sini

Kawasan Kota Lama, demikian penduduk setempat menyebutnya, kini menarik perhatian masyarakat setempat, dan sepertinya siap kembali menjadi ikon Kota Kupang. Kawasan ini telah ditata dengan apik oleh pemerintah Kota Kupang dan mengakomodir berbagai kebutuhan masyarakat.

Terletak di Kelurahan Lahi Lai Bissi Kopan atau LLBK, Kecamatan Kota Lama, kawasan ini telah dipoles menjadi lebih baik, dan ditata menjadi lebih rapi. Kawasan ini sendiri pada masa penjajahan Belanda menjadi daerah pelabuhan utama. 

Benteng saksi sejarah penjajahan Portugis dan Belanda, Benteng Fort Concordia terletak belasan meter saja dari lokasi ini. Hanya dibatasi oleh muara sungai Teluk Kupang.

Memasuki kawasan ini, Anda akan disambut dengan tugu yang berdiri tegak sebelum jembatan yang melintasi muara sungai. Tugu HAM atau disebut Four Freedoms. Bebas dari rasa takut (freedom from fear), bebas dari kekurangan (freedom from want), bebas beribadah (freedom of worship) dan bebas berbicara (freedom for speech).

Masyarakat lokal mengenalnya sebagai Tugu Pancasila atau Tugu Selam karena letaknya dekat Jembatan Selam. Tugu ini mengisyaratkan sejarah perjuangan melawan kolonialisme yang terjadi di Kupang.

Mural pada salah satu dinding bangunan tua di kawasan Kota Lama (Foto: Theodolfi)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline