Lihat ke Halaman Asli

Thamrin Sonata

TERVERIFIKASI

Wiswasta

(KC) Teka-Teki Mata Tika

Diperbarui: 3 Oktober 2015   06:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Thamrin Sonata, No. 30

 

TERLALU sulit menembak Tika. Ia burung nuri berwarna khusus dan indah yang kerap terbang tinggi membubung. Dibutuhkan lensa panjang untuk mendapatkannya. Hingga perlu menunggu waktu saat ia hinggap tepat. Untuk mendapatkan matanya terjepret pas. Klik. Fokus. Ah, tapi ia dalam kepungan gagak galak.

                “Terlalu indah untuk …,” San tak bisa meneruskan kata-katanya. Cuma mengatupkan kelopak matanya, dan membayangkan senyum Tika, setelah berlama-lama memandangi foto gadis sama-sama satu angkatan, dan sama-sama kelas tiga. Dan terlukislah sepasang alis menyerupai golok. Sepasang bibir basah tak kenal kemarau panjang sekalipun. Hidung bangir menjulang melebih Gunung Gede-Pangrango. Rambut mirip pendekar sakti yang menari gemulai saat mengeluarkan jurus melawan musuh. Di ujungnya lukisan sempurna: sepasang mata bola pingpong.

                “Jangan bola ping-pong, dong!” runtuk suara lain seperti menempeleng San.

                “Trus?”

                “Itu kan mirip lagunya Iwan Fals….”

                “Jadi…”

                “Di matamu masih tersimpan, selaksa ….”

                “Teka-teki.”

                Plak!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline