Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Semangat Kartini, Anak Merdeka Atas Diri dan Bakatnya Sendiri

Diperbarui: 21 April 2021   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Juara vokal solo kelas 1SD (Dokpri)

"Pak, ayo kita rekam aku nyanyi 'ibu kita Kartini.' Untuk lomba sekolah kami." Demikian permintaan Revano, si bungsu kami, pada sebulan yang lalu.

Alhasil, dengan bermodal musik dari sebuah gitar tua, baju batik, dan kain tenun khas Karo "uis beka buluh" yang tersampir di bahunya, kami merekam penampilan vokal solo itu.

Latihannya bersama ibunya, penampilan rekamannya saya yang mengiringi. Semua seadanya saja. Namun, melihat semangatnya untuk ikut perlombaan yang dibuat sekolahnya dalam rangka paskah dan hari Kartini 2021, ada rasa haru dan bangga juga dalam segala keterbatasan persiapan dan penampilan.

Hari ini, Rabu, 21 April 2021, pada puncak perayaan hari Kartini, dilakukan penyerahan hadiah bagi para juara. Lomba vokal solo, lomba fashion show, dan menghias telur paskah, untuk siswa-siswi kelas 1 sampai kelas 6 di sekolahnya, SD Santo Xaverius Kabanjahe.

Juara lomba hari Kartini 2021 SD Santo Xaverius Kabanjahe (Dokpri)

Pada intinya, memang bukan lagi soal siapa yang menjadi juara dalam beberapa jenis lomba ini. Paskah dan Kartini adalah sebuah jalan lepas. Lepas dari tembok pingitan.

Bila sebagian anak ternyata lebih suka bernyanyi, sebagian lagi senang berlenggak-lenggok di catwalk, sementara yang lain lebih suka mencorat-coret, dan lain sebagainya, itu semua karena mereka kini tidak lagi dibatasi oleh tembok tebal tinggi, sebagaimana zamannya Kartini. Tembok pingitan yang membatasi cita-cita, dan memaksanya harus begini dan begitu.

Dan bila sebagian besar lainnya ternyata memang bukan juara di lomba ini, itu karena mereka adalah juara yang merdeka atas diri, bakat, dan kehendak mereka sendiri. Semoga begitu adanya. Sebab bila tidak, itu berarti bahwa peringatan hanya sekadar menjadi ritus rutin kehidupan tanpa makna.

"Wahai ibu kita Kartini, putri yang mulia. Sungguh besar cita-citanya, bagi Indonesia."




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline