Lihat ke Halaman Asli

Krisis Moneter : Kenapa Indonesia (selalu) Lebih Parah ?

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nilai Rupiah tiap hari terus terpuruk terhadap mata uang US Dollar. Harga kebutuhan pokok dan segala macam barang yang kandungan impor-nya tinggi melonjak harganya tak terbendung. Pengusaha langsung menghentikan sementara langkah investasi di Indonesia sambil melihat waktu yang tepat sekiranya ada perubahan ekonomi dan politik. Pengusaha melihat krisis moneter seperti tahun 1998 membayang di depan mata,sebab setahun yang lalu nilai Rupiah masih di kisaran Rp.9700 per 1 US dollar,sekarang sudah mencapai Rp.11ribu lebih. Artinya Rupiah sudah terpuruk diatas 13 % lebih.

Kenapa menghubungkan krisis Moneter 2013 dengan 1998 ? Sebab krisis moneter 1997-1998,Indonesia paling parah diantara negara-2 lain yang terkena krisis seperti Korea Selatan,Thailand dan Philipina ; Selain itu ada beberapa alasan yang menjadi kemiripan krisis 2013 ini mirip dengan krisis 1998 (Indonesia selalu paling parah diantara negara lain yang terkena krisis moneter) :

1. Utang Indonesia yang terus membengkak (+/- 2000 trilliun lebih)

2. Kepastian hukum tidak ada,pejabat abdi hukum negara berlaku koruptif

3. Krisis 1998 diawali dengan usainya Pemilu 1997 ; krisis 2013 mengawali Pemilu 2014

4. investasi sangat sulit,perijinan sangat lambat (pejabat perijinan mempersulit untuk tujuan koruptif)

5. Petugas Pajak mencari-cari kesalahan pengusaha untuk tujuan koruptif

6. Keamanan sangat rawan,kejahatan meningkat tajam ; Polisi ditembaki penembak misterius.

7. Para petinggi Militer dan Polri sangat kaya raya,tidak sesuai dengan pendapatan yang diterimanya

8. Lingkungan keluarga Presiden penuh dengan isu korupsi yang membelit mereka (buku yang dikarang oleh Goerge Aditjondro dan berita koran di Australia tentang Keluarga Cikeas terus merasuk di pikiran rakyat Indonesia)

9. Kekuasaan bukan untuk kesejahteraan rakyat,tetapi untuk bisa korup ; Gubernur/Bupati/Walikota berebut kekuasaan lewat Pilkada,tetapi hanya sedikit yang menang Pilkada bekerja jujur seperti Jokowi-Ahok)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline