Jauh langkah kakiku menapaki waktu, bergulir tiada batas sampai aku tak sanggup lagi untuk melangkah.
Teriknya hari ini membuat kerongkonganku tandus, seperti hamparan gurun yang gersang. Tak tampak kehidupan di sana, selain aku yang terkapar seorang diri.
Tersudut di tengah kejamnya dunia. Tanpa kawan dan tanpa harapan. Mungkin hari esok pun hanya sebuah candaan saja. Serasa tak nampak.
Wahai tuan yang berbaju bagus. Ijinkan aku istirahat sejenak di terasmu. Ijinkan aku walau hanya sesaat. Perjalananku sungguh panjang. Terlalu panjang untuk melintasi lautan dunia ini.
Wahai tuan yang selalu makan enak. Ijinkan aku untuk membaui makananmu. Sekedarnya saja untuk mengganjal perutku yang lapar ini. Sekarang makananku sudah banyak berkurang.
Kurebahkan tubuhku di atas terasmu yang dingin ini. Sedingin harapanku menuai asa. Menerawang tatapan kosong menembus langit.
Sudahlah jangan kau risaukan aku, karena aku hanya sebentar saja. Setelah itu beranjak dan berlalu.
Ijinkan aku untuk merebahkan tubuh penatku ini di terasmu yang dingin. Tak banyak yang bisa aku berikan untukmu karena aku hanyalah seekor kucing yang lusuh.
Penulis : Teguh Wiyono
KBC-50 Brebes