Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Inilah 3 Fase Sukses, dan Hanya 2 Milikmu

Diperbarui: 20 November 2020   07:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ingat 3 fase sukses, hanya 2 milikmu (sumber:depositphotos.com)

"Generasi terjelek adalah generasi yang apabila ada orang lain lebih baik dari dirinya, maka dia tidak mengakui itu dan menganggap orangtua dan sesepuhnya adalah lebih baik dari siapapun" (Pujangga Arab)

Kalimat indah dari Syauqi seorang pujangga arab kali ini saya hadirkan sebagai pembuka tulisan ini. Ini versi redaksi terjemahannya, versi bahasa arabnya jauh lebih indah lagi.

Coba kita merenung sejenak. Adakah orang yang seperti Syauqi katakan ini di sekitar kita? Atau jangan-jangan kita sendiri adalah pribadi yang seperti itu? Coba ingat kembali sebagai refleksi diri. Apakah jika ada orang yang menceritakan kehebatan dan kesuksesannya kepada kita, apakah kita ikhlas mau mendengarkan ceritanya dan dengan tulus mengakui bahwa dia memang lebih baik dari kita?

Kalau kita ikhlas, maka bagus. Tetapi kalau tidak, dan justru kita malah membandingkan kesuksesan orang itu dengan kehebatan keluarga kita atau orangtua dan sesepuh kita, maka bisa jadi kita sudah masuk ke zona generasi terjelek seperti yang disampaikan Syauqi ini.

Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara kita menyikapi kesuksesan itu dalam segala aspeknya? dan sebenarnya ada berapa fasekah kesuksesan itu jika dilihat secara umum? dan apakah semua fase sukses itu adalah milik kita? maka kali ini (Insya Allah) kita akan menemukan jawabannya.

Mari kita lihat perlahan.

1. Fase Sukses Orangtua Kita

Seorang teman datang dengan sebuah mobil baru dalam sebuah perkumpulan alumni. Bangga? pastinya. Ketika ditanya oleh seorang teman yang lain, apa sekarang usahanya hingga bisa sukses hingga saat ini? secara spontan teman yang kaya tadi mengatakan, "tidak ada, hanya bantu orangtua saja dan ini mobil juga pinjam sama orangtua"

Salah? tentu tidak. Malahan bagus ketika anak membantu orangtuanya. Tetapi apakah ini bisa dibanggakan? nanti dulu. Sama seperti istilah yang lazim kita dengar yaitu, "anak orang kaya", yang kaya siapa? anak itu atau orangtuanya?

Lalu pertanyaannya bagaimana sikap kita kalau sudah terlanjur jadi anak orang kaya? Bersyukurlah sebanyak-banyaknya kepada Allah dan orangtua. Karena Anda beruntung bisa mendapatkan hal itu.

Hargai itu, hormati pencapaian orangtua itu. Tetapi, nah ini poin pentingnya, semua kesuksesan yang kau rasakan itu bukanlah milikmu. Itu adalah punya orangtuamu. Mungkin bisa jadi milikmu ketika orangtuamu meninggal nanti.

Tetapi apakah kau cukup percaya diri dengan "memamerkan" sesuatu yang bukan hasil karya dan usahamu? Hati-hati, bisa-bisa kau terjebak dengan ungkapan Syauqi di atas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline