Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Menulis dan Rasa Bahagia

Diperbarui: 28 Juli 2021   17:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


__"Namun demikian, menulis tetap menyelipkan ruang bahagia sendiri. Ruang yang sesuai dengan makna bahagia bagi penulisnya. Makna bahagia itu  lazimnya menyebar pula ke alam bawah sadar para pembaca."___

Tere Liye menyampaikan, bahwa ia pernah melihat seseorang sedang asyik membaca novelnya di sebuah kereta api.
Tere Liye sendiri sedang berdiri di dalam kereta itu, ia bahkan tidak langsung mengatakan, Aku Lhoh, yang nulis novel ini.

Dari sini kita tahu, agaknya Tere Liye telah bahagia dengan melihat karyanya dinikmati orang lain, berdampak, bermanfaat dan memberi perubahan.

Pada awalnya, sering disebut bahwa kebahagian itu bisa muncul setelah tulisan itu rampung. Lalu radius rasa bahagia itu seakan terus melebar sesuai capaian dan sejauh mana tulisan itu dapat diakses dan bermanfaat bagi pembaca.

Cuma, bisa saja, bahagia dalam menulis hanya semu. Sebab yang ditulis bertolak belakang dengan standar nilai yang relevan. Banyak tulisan dan cerita "murahan" terkenal, tapi menyebelahi moralitas dan rasa ketuhanan.

Belakangan ada sebutan sastra ungu (merah jambu), yang diidentikkan dengan kebebasan perempuan yang ingin terlepas dari subyektivitas laki laki dan menolak hal yang umumnya dianggap tabu.

Namun demikian, menulis tetap menyelipkan ruang bahagia sendiri. Ruang yang sesuai dengan makna bahagia bagi penulisnya. Makna bahagia itu  lazimnya menyebar pula ke alam bawah sadar para pembaca.

Secara personal menulis akan menjadi medium ekspresi yang memungkinkan si penulis untuk mengeksplor gagasan dan pengalamannya menjadi struktur wujud yang baru. Ini adalah langkah yang membahagiakan secara psikologis.

Demikian pula bila tulisan tersebut bisa diakses secara luas, lewat penerbitan dan media lainnya. Apalagi bila mendatangkan benefit finansial, tentu akan menambah rasa bahagia tadi.

Namun sejatinya, kebahagian tadi selalu terpaut pada kultural, saat tulisan itu berdampak bagi pembaca. Dapat pula  memperluas perspektif dan penghayatannya terhadap nilai hidup beserta romantikanya.

Yang lebih utama adalah saat nilai dalam tulisan itu menjadi orientasi dan pijakan bagi pembaca, maka kebahagian yang diterima oleh penulisnya akan berlipat, selama ia tulus dan ikhlas untuk menyampaikan kebenaran dan kebaikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline