Lihat ke Halaman Asli

Eta Rahayu

Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Refleksi Penegakkan Perdamaian Dunia

Diperbarui: 21 September 2018   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: pixabay

"Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Dengan demikian, perjuangan lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan” (Jendral Soedirman, dalam pelantikannya sebagai Panglima Besar TKR pada 25 Mei 1946).

Ya, tentu kita paham bahwa peran aktif Indonesia dalam menjaga misi perdamaian dunia tak pelak sebagai wujud realisasi amanat tujuan negara di dalam konstitusi –UUD. Kalimat yang diutarakan oleh Jendral Soedirman tersebut menjadi gambaran yang cukup jelas bahwa penggabungan nilai agamis sangat dijunjung dalam misi - misi perjuangan.

Konflikpun akan teratasi ketika kita dapat mengaplikasikan ilmu yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang agamis dan cara pandang yang objektif. Begitu pula dalam menjaga perdamaian terutama pada lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan Masa Silam

Penjaga perdamaian (peacekeeping) didefinisikan oleh PBB sebagai cara yang dilakukan dalam menolong suatu negara yang terkoyak oleh konflik untuk menciptakan kondisi damai yang berkelanjutan. 

Guna menyongsong peringatan International Day of United Nations Peacekeepers pada tanggal 29 Mei, kita sebagai pemuda tentu juga ingin ikut berkecimpung lebih jauh lagi dalam misi menjaga perdamaian, sekalipun hanya se-area koridor kompleks kita. 

Dikandidatkan menjadi hero tentu bukan perkara yang mudah. Harus ada upaya setimpal untuk menopang ‘panggilan’ tersebut. Hari penghormatan bagi Peacekeepers yang telah gugur ini seharusnya menjadi langkah awal kita mengikuti jejak mereka, walau tidak sepenuhnya harus menjadi seperti mereka yang memegang senjata di medan laga.

Kiprah Peacekeeper TNI untuk perdamaian dunia, khususnya TNI Indonesia mungkin bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Sebut saja Kongo, apa yang terlintas? Ya, semoga kita masih ingat tentang apa saja yang telah diukir oleh Peacekeepers Indonesia di mata internasional. Indonesia sejak 8 Januari 1957 telah berpartisipasi mengirimkan pasukan pemeliharaan perdamaian melalui kontingen Garuda I ke Mesir, lalu kontingen Garuda II dan III ke Kongo pada 1962. 

Lanjut pada 2008, Indonesia telah mengirimkan kontingen Garuda ke-26 untuk menjaga perdamaian di Lebanon Selatan. Di tengah masyarakat yang notabene belum banyak mengetahui aksara dan pengetahuan, Peacekeepers telah menorehkan hal yang sangat membanggakan.

Refleksi Nyata

Kabarnya berdasarkan laporan PBB, Indonesia menempati urutan 15 dari 177 negara yang paling banyak mengirimkan pasukan Peacekeepers. Di Sentul Bogor kini ada pusat pelatihan “Peace and Security Center” yang dibangun di area seluas 261,712 ha yang diresmikan sebagai pusat misi pemeliharaan perdamaian, tempat itu juga menjadi lokasi pasukan gerak cepat, pelatihan penanggulanngan antiteror, universitas pertahanan, pusat pelatihan bahasa, latihan penanggulangan bencana, dan latihan olahraga militer. Lantas siapa yang akan menjadi ‘penghuni’ nantinya? Semoga beberapa dari kita pasti ada yang berminat mengembangkan potensinya disana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline