Lihat ke Halaman Asli

Tareq Albana

TERVERIFIKASI

Mahasiswa

4 Pelajaran Penting dari Kisah Isra Miraj yang Jarang Diketahui

Diperbarui: 21 Maret 2020   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image by Ken Scicluna / Getty Images

Bismillahirrahmanirrahim.

Batin Baginda Rasulullah SAW merana durja saat menyaksikan dua orang yang paling beliau cintai, paman tersayang yang sudah dianggap sebagai ayah, Abu Thalib, dan istri tercinta Khadijah Binti Khuwaylid meninggal di dalam waktu yang sangat berdekatan di tahun ke 10 Kenabian.

Hal yang membuat Rasullah semakin sedih karena Abu Thalib meninggal sebelum mengucapkan syahadat sebagai saksi atas pembenaran dakwah beliau dan pengesaan kepada Allah SWT.

Selama beliau berdakwah, Abu Thalib adalah orang yang memberikan beliau ketenangan selama berada di luar rumah. Kaum musyrikin tidak ada yang mengganggu kehidupannya. Bahkan untuk sekadar menyentuh Nabi pun orang Qurays tidak berani karena hal itu akan membuat Abu Thalib marah dan tidak segan-segan membunuh orang yang menyentuh Nabi Muhammad tersebut.

Setelah kepergian Abu Thalib, Rasulullah dan pengikutnya mulai kembali diteror dan diganggu oleh kaum Musyrikin Makkah. Batin beliau pun semakin terpuruk tatkala melihat siksaan kaum Qurasy semakin menjadi-jadi.

Belum hilang kesedihan atas kepergian paman tersayang, 3 hari setelahnya Rasulullah kembali diuji oleh Allah dengan kepergian istri tercinta, Khadijah Binti Khuwaylid, cinta pertama Rasulullah dan ibu dari anak-anak beliau ke pangkuan Allah SWT.

Jiwa Rasulullah terguncang dengan cobaan yang datang bertubi-tubi ini. Khadijah adalah orang yang memberikan beliau ketenangan di dalam rumah di saat beliau mengemban misi dakwah, di tengah cobaan dan tekanan Kaum Qurays. 

Bahkan Khadijah adalah orang yang menghibur Rasulullah saat beliau menerima wahyu pertama dari Jibril yang membuat Nabi Muhammad sangat ketakutan.

Kepergian Khadijah membuat Rasulullah tidak memiliki sandaran dan ketenangan, baik didalam rumah dan di luar rumah dengan kepergian dua orang tercinta ini.

Rasulullah yang sedang bersedih ini pun masih memikirkan keadaan umatnya dan mulai berpikir untuk mencari tempat dakwah yang baru, demi menyelamatkan pengikutnya dari siksaan kaum Qurays.

Beliau kemudian pergi ke Thaif dengan segunung harapan agar kaum Thaif mau menerima beliau. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline