Lihat ke Halaman Asli

Jangan Takabur dengan "Surplus" Beras

Diperbarui: 29 Oktober 2018   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ruang untuk menyombongkan diri manusia memang tidak ada batasnya. Setelah dinyatakan data berasnya keliru, Kementerian Pertanian masih saja membanggakan diri dengan surplus beras. Walau sebenarnya, jumlah surplus versi BPS itu, jauh lebih sedikit dibandingkan surplus versi Kementan.

Entah apa alasan di balik klaim kebanggaan surplus 2,85 juta ton itu.

Padahal menurut perhitungan berbagai ahli pertanian dan pangan, surplus itu masih terbilang mengkhawatirkan. Pasalnya, menurut Badan Pusat Statistik, konsumsi beras masyarakat Indonesia tiap bulannya mencapai 2,5 juta ton. 

Artinya, tanpa ada pasokan lain dari sawah dalam negeri atau impor, stok beras nasional hanya cukup untuk makan satu bulan.

Pemerintah sudah harus mulai mempertimbangkan untuk impor beras. Apalagi dengar-dengar, harga beras premium sudah mulai merangkak naik di pasaran. Jangan tunggu sampai harga melejit selangit, sebelum akhirnya memutuskan impor.

Karena logika sederhana saja, impor beras tidak segampang membalik telapak tangan. Butuh waktu untuk mencari pemasoknya di luar negeri, lalu ada juga proses pengapalan, sampai akhirnya beras tiba di tangan penjual.

Anjuran impor ini bukan berarti kita tidak menghargai upaya dan produksi petani dalam negeri. Karena memang sudah terbukti, produksi dalam negeri saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan. Surplus kemarin adalah hasil akumulasi antara impor dan produksi petani kita.

Sedangkan Menteri Pertanian, sepertinya kita tidak perlu lagi menaruh harapan. Estimasi produksi dan surplusnya kemarin saja meleset. Malahan, Menteri Pertanian Amran Sulaiman lebih sibuk pencitraan. Misalnya membanggakan ekspor jagung, di saat peternak dalam negeri kesulitan mencari pasokan jagung untuk pakan.

Bukannya lebih giat bekerja, ia malah bilang, Paceklik dan kemarau tidak akan berdampak signifikan bagi pertanian. Di saat yang bersamaan, sawah petani kekeringan. 

Kini, Menteri Pertanian Amran Sulaiman sudah mendapat teguran yang keras. Semoga ia tidak takabur lagi.

Sumber berita di sini

Sumber berita di situ




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline