Lihat ke Halaman Asli

Tania Tan

You can if you think you can.

Girl Punk: Subkultur dalam Subkultur

Diperbarui: 22 Maret 2021   10:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: mcall.com

Subkultur

Berbicara mengenai subkultur selalu berhubungan dengan kuasa kapitalis dan bagaimana proses untuk menentang kuasa tersebut. Untuk mengawali artikel ini, saya akan menjelaskan terlebih dahulu apa itu subkultur. Subkultur terdiri dari dua suku kata yaitu "Sub" dan "Kultur." "Sub" itu sendiri merupakan sebuah konotasi atas kondisi yang memupunyai ciri khas yang berbeda dengan masyarakat pada umunya. Sedangkan "Kultur" mengacu pada sebuah kebudayaan atau ideologi dari sekelompok orang. Setyawan, A. (2018) dalam jurnalnya menjelaskan bahwa kebudayaan dalam subkultur mengacu pada seluruh cara hidup yang menjadikan dunia ini hanya dapat dipahami oleh para anggotanya saja.  

Subkultur merupakan bentuk perlawanan dari budaya mainstream yang dapat memberikan dampak positif atau negatif. Budaya subkultur mempunyai perspektif sendiri terkait realita dunia yang dibentuk oleh kaum kapitalis. Salah satu contoh budaya subkultur adalah Punk. Pada awal kemunculanya Punk hadir untuk melawan ideologi kapitalis dengan prinsip yang mereka bawa yaitu anti-kemapanan. Dengan demikian, kita dapat melihat bahwa Punk tidak hanya sebatas aliran musik atau gaya berpenampilan tetapi juga menyangkut pola pikir. 

Budaya Punk berusaha mengkritik kemapanan sosial yang tidak adil. Karena hal tersebut kita dapat melihat bagaimana kelompok orang yang tergabung kedalam budaya subkultur ini mempunyai cara berpenampilan yang sangat kontras dengan kaum kapitalis. Seperti contohnya Punk identik dengan pakaian yang tercorat-coret, kaos kaki yang berlubang, rambut berantakan, dan lain sebagainya. Fenomena tersebut sangat bertentangan dengan gaya berpenampilan kaum kapitalis.

Girl Punk Subkultur yang Terbentuk dari Subkultur Punk

Seiring perkembanganya Punk justru melahirkan sebuah subkultur baru ketika dirinya juga bagian dari subkultur tersebut. Pada awal terbentuknya Budaya Punk sangat didominasi oleh laki-laki sebagai penggerak ideologinya. Namun perkembangan ini membentuk subkultur baru dimana wanita juga bergabung kedalam subkultur Punk dengan membentuk sebuah subkultur baru (Girl Punk). Wilujeng (2017) dalam jurnalnya menyebutkan bahwa Punk Girls menjadi mikro subkultur di dalam Subkultur Punk, atau dengan kata lain menjadi subculture di dalam subkultur Punk. Hal yang menjadi latar belakang hadirnya Girl Punk ini adalah mereka menghindari apa yang disebuh dengan "feminity game."

Ideologi Girl Punk

"Feminity game" berkaitan dengan stereotype feminime, dimana pada konsep ini perempuan harus patuh, pasif, mengalah pada status quo gender. Budaya Punk memberikan ruang pada perempuan untuk mengekspresikan dan menerima sisi 'maskulinitas' yang tertahan karena kelompok masyarakat dominan. Ideologi Girl Punk sedikit berbeda dengan Punk mainstream yang didominasi oleh laki-laki. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya Ideologi Punk mainstream pada umunya sebagai counter culture terhadap budaya dominan dan juga prinsip anit-kemapanan sebagai bentuk perlawanan terhadap kapitalis. Berebeda dengan Girl Punk yang berhadapan dengan kultur patriarki, dan kultur dominan perempuan yang dibentuk oleh tradisi gender lama. 

Punk Girls memiliki ruang untuk berkontestasi terhadap dominasi maskulinitas sekaligus menyuarakan feminisme serta menentang ide-ide feminitas. Punk Girls muncul dengan gaya berpakaian Punk yang berlawanan dengan tradisi berpakaian perempuan dalam kebudayaan dominan, karena sesuai dengan tujuan dari Punk Girls itu sendiri untuk melawan ide-ide feminitas. 

Selain itu, Punk Girls juga menunjukkan ideologi mereka untuk melawan feminitas melalui musik-musik yang mereka produksi sendiri, lirik-lirik dalam lagunya disusun untuk gerakan  feminisme, bahkan mampu mendobrak dominasi maskulinitas yang terus menerus mengopresi perempuan Punk, Wilujeng (2017). Fenomena ini lah yang dapat menjelaskan bagaimana sebuah subkultur dapat membentuk subkultur yang baru dengan ideologi dan juga kepentingan dalam menentang budaya dominan.

Daftar Pustaka
Setyawan, A. (2018). Streetwear Fashion dan Youth Culture: Artikulasi Identitas Subkultur Remaja Urban di Kota Surabaya (Doctoral dissertation, Universitas Airlangga
Wilujeng, P. R.(2017) Girls Punk: Gerakan Perlawanan Subkultur di Bawah Dominasi Maskulinitas Punk. Dialektika Masyarakat: Jurnal Sosiologi, 1(1), 103-115.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline