Lihat ke Halaman Asli

Syivaun Nadhiroh

IRT sekaligus Mahasiswi Magister Pendidikan Islam UIN MALIKI Malang

Dunia Maya Semakin Nyata

Diperbarui: 20 Februari 2017   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hitungan detik tidak akan dapat mengehentikan berjam-jam untuk berdiam diri di dunia maya. Satu jam di dunia maya seakan satu detik di dunia nyata. Berlama-lama hanya untuk menghabiskan waktu demi melentikkan jari tangan, melatih mata untuk lebih fokus, memperkejakan otak sebanyak dua kali lipat dari biasanya, menggali hati dengan perasaan senang, sedih, penasaran, ketegangan dan juga kecurigaan, sedangkan anggota badan lainnya menunggu aba-aba dari komandan. Seakan maya itu benar adanya dan nyata. Memungkinkan manusia untuk mengaku bahwa dia bukan dirinya senidri.

Fenomena maya yang semakin hari banyak dikonsumsi tanpa adanya filter dari akal dan hati akan mengakibatkan kecanduan terus-menerus dan juga dapat menjadikan racun ataupun obat. Terlihat dari kebiasaan masing-masing orang dalam memandang kehidupan. Dia hidup di dunia maya layaknya melihat bintang dengan teropong, fokus pada objek dan jauh, dunia baginya tidak lagi milik bersama, melainkan dunianya sendiri yang cukup berpotensi untuk menjadi setengah dirinya dan orang lain. Sedangkan dalam keadaan nyata tak demikian, bintang yang dilihatnya tidak lagi mulus dan bersinar melainkan bergelombang dan padam.  Dunia maya menjadikannya lebih cepat dan mudah percaya, karena hidupnya hanya melihat satu titik saja, yang kemungkinan besar berbeda ketika ia melihat dan mengamati objek tersebut secara langsung di dunia nyata.

Menggunakan dunia maya sebaiknya menyesuaikan apa yang dibutuhkan  bukan apa yang diinginkan, sehingga akan terlihat perbedaannya dalam memandang sebuah kehidupan. Lingkup pandangan lebih luas dan banyak yang tidak sesuai karena manipulasi atau dimanipulasi disandang oleh kehidupan dunia maya, sedangkan dunia nyata lingkup pandangan lebih sempit, banyak kebenarannya dan tidak dapat dimanipulasi atau memanipulasi.

Demikian telah terjadi pada kehidupan manusia sehari-hari, cukup mengucapkan selamat ulang tahun lewat maya (sosial media), semua sudah teratasi meskipun tidak bertatap muka, bilangnya, “maaf tidak bisa hadir diacara ulang tahun, dikarenakan banyak kegiatan yang harus diselesaikan”, padahal dia tidak memiliki jadwal kegiatan apapun, dan ternyata pula dia masih memiliki rasa marah sebab dirinya pernah tersakiti. Begitu juga pada acara pernikahan untuk memberi ucapan selamat cukup lewat dunia maya, tidak bisa hadir dan kadopun juga tak hadir, ternyata alasan lainnya yang benar adalah tidak bisa hadir dipernikahan mantan. Hal-hal kecil tersebut sama sekali tidak sesuai dengan apa yang diucapkan dengan apa yang sebenarnya terjadi. Menyampaikannya melalui dunia maya, dengan kata yang penuh kasih sayang, bahagia dan ceria, akan tetapi hatinya menangis menjerit-jerit.

Jika dari contoh tersebut memang benar adanya yang sekarang dialami manusia, bagaimana dengan 50 tahun akan datang, tekhnologi yang semakin canggih, manusia sudah jarang untuk peduli, apalagi memberi. Sewajarnya saja manusia itu untuk menggunakan dunia maya sehingga peran dirinya menjadi lakon kehidupan tampak sepak terjangnya secara nyata, bukan maya yang penuh dengan omong kosong. Bahkan dirinya di dunia maya sangat tampak berbeda jika dibandingkan dengan dirinya di dunia nyata. 

Sifat asli dirinya adalah pemarah, suka mengganggu orang lain, bahkan juga sering menyakiti, sedangkan di dunia maya dia sangat baik, ramah dan selalu menolong, sehingga mampu memendam jati dirinya hanya untuk dan supaya dikenal dan terkenal akan dirinya. Semua informasi yang didunia maya, dia gunakan untuk menipu dirinya sendiri dan orang lain, sehingga banyak orang yang terperangkap akan kebaikannya. Pun itu juga sebab banyaknya orang hilang karena terlalu cepat dan mudah percaya kepada ucapan dan kata-kat manis yang dilontarkan.

Sembari waktu berjalan jika memang cara membahagiakan, meminta maaf, dan mengucapkan selamat cukup melalui dunia maya, maka manusia juga harus memikirkan bagaimana kehidupan yang akan datang, bagaimana jika ketika bagian dari manusia sudah kembali kepada pemiliknya, akankah cukup dengan mengucapkan duka cita melalui dunia maya sudah mampu menyelesaikan proses memandikan sampai memakamkan, akankah?, jika iya, seharusnya manusia lebih waspada, lebih banyak berinteraksi dalam dunia nyata secara langsung, sehingga ketika bermain-main di dunia maya ia masih bisa mengendalikan dirinya.

Menjadi manusia adalah ketentuan dan suratan,

Sedangkan,

Membohongi dan membodohi manusia adalah kesesatan dan kemunafikan.

Hati-hati dengan hidup yang penuh sandiwara,

Perlu dijaga untuk tidak memunculkan amarah.

Allahu A’lam

Malang, 20 Februari 2017

Syuff Ainayya

           




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline