Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Capeknya Mengejar Dunia

Diperbarui: 24 Februari 2024   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Siang malam kerja keras. Hanya untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya. Berangkat gelap pulang gelap. Terus-menerus begitu tanpa lelah. Tanpa ada lagi waktu untuk bersosial, bahkan meningkatkan cara-cara ibadah. 

Berapa banyak dari kita sudah terjebak dalam hidup dan rutinitas seperti itu?

Akhirnya dunia jadi segalanya. Allah SWT dan akhirat jadi selingan. Seolah akan hidup di dunia selamanya. Kerja, kerja, dan kerja jadi tujuan. Yang dikejar adalah karier, karier, dan karier. 

Demi uang, uang, uang. Demi jabatan, jabatan, jabatan! Aset, aset,  aset! Agar mendapat pujian, pujian, pujian Hingga akhirnya, hampa mendera. Ternyata dunianya kosong.

Mungkin, tidak sedikit dari kkita seperti kehilangan ruh. Terjebak dengan sibuknya dunia, takut besok kelaparan. Takut tidak dapat rezeki-Nya. Hingga sumber harta haram pun tidak peduli lagi. Asal jadi uang semua dikerjakan. Yang penting uang di tangan. Hajar semuanya kiri dan kanan, tanpa tahu lagi halal haram.

Teman punya tas baru, pengen punya juga. Tetangga punya mobil baru, ingin juga punya segera, kredit pun tidak apa-apa. Kawan pamer emas, ikut pula membeli emas sekalipun uang boleh mencuri. Sahabat pamer rumah baru, duh ingin sekali memilikinya. Tapi sayang belum mampu? Akhirnya memaksa untuk cicilan seumur hidupnya.

Ada lagi orang pamer liburan keluar negeri. Iri dan berjuang dengan segala cara agar bisa pergi. Akhirnya terjebak pinjol, asal tanpa agunan sekalipun dipakailah nama orang lain. Utang sekarang urusan belakangan. Siang malam hanya mengejar uang dan gimana cara dapat uang biar haram sekalipun.

Orang-orang cinta dunia. Sudah lupa sedekah dan bersosial. Berangkat pagi pulang malam, hanya untuk uang doang. Agar dibilang kaya, hebat, dan hidup dalam  kemewahan. 

Waktu pun habis untuk dunia, tidak ada sisa untuk Tuhannya. Apalagi untuk berbagi pada sesama. Tidak punya waktu untuk bersosial, apalagi menyantuni anak yatim dan kaum jompo. 

Tenaga dan pikiran diperas tiada habisnya, hingga lupa diri dan jadi tidak tahu diri. Targetnya hanya punya uang. Dipuji dan dikagumi teman-temannya. Sekalipun cara dan jalannya tidak benar.

Banyak yang lupa. Hidup itu sepi di dunia yang ramai. Akhirnya hilang arah, hilang gairahvpadahal sisa hidup makin berkurang. Gila dunia, gila harta hanya akan menjerat hidup dalam kegelisahan selamanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline