Lihat ke Halaman Asli

SARA Tidak Membawa Keindahan Dalam Damai

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Indahnya hidup jauh dari rasa saling membedakan satu sama lainnya, damai dan nyaman (gambar: luwuraya.com)"][/caption]

Nilai-nilai kemanusian dalam kehidupan di dunia ini sepertinya sudah tidak ada lagi. Dan sepertinya di dunia ini hanya pantas dan tepat untuk didiami oleh satu kelompok, golongan, komunitas atau bangsa yang mengangpap paling terbesar dan kuat. Sementara itu untuk kelompok, golongan, komunitas atau bangsa yang lain, yang paling lemah dan minoritas tidak patut untuk tinggal dan hidup di dalam kedamaian indahnya dunia ini.

Hal tersebut sebenarnya sudah sering kali terjadi di dalam tatanan kehidupan manusia di dunia sejak dulu hingga sekarang era modern. Kekuatan, kekuasaan dan bahkan kewenangan dalam kedudukan tertinggi yang kuat menjadi modal untuk bisa melakukan perbuatan apapun. Baik itu dilakukan oleh individu, kelompok, golongan, komunitas atas bangsa maupun negara. Inilah salah satu penyakit keturunan yang masih melekat di jiwa-jiwa manusia berwatak iblis.

Serakah, kejam dan bengis merupakan bagian sifat panas yang ada hampir disetiap benak manusia. Tidak memandang jenis kelamin maupun usia. Bukan itu saja, sifat panas dalam perumpaan sifat serakah, kejam dan bengis juga sering menjadi bagian modal kuat di dalam kelompok, golongan, komunitas maupun bangsa yang paling kuat atas segala-galanya di dunia. Hal inipun akhirnya timbul dan lahir menjadi sebuah bentuk perwatakan SARA.

Memang betul kejadian dan peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan manusia yang bersifat SARA, pastilah akan menimbulkan sebuah masalah besar kepada kehidupan manusia selanjutnya. SARA sangatlah pekat dalam persoalan perbedan keyakinan, kepercayaan, etnit, suku, bahasa maupun soal idialis.

SARA adalah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan dapat dikatakan sebagai tidakan Sara. Tindakan ini mengebiri dan melecehkan kemerdekaan dan segala hak-hak dasar yang melekat pada manusia.

Sementara itu SARA bisa kita golongkan dalam 3 kategori, sebagai berikut :

  1. Individual : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Termasuk di dalam katagori ini adalah tindakan maupun pernyataan yang bersifat menyerang, mengintimidasi, melecehkan dan menghina identitas diri maupun golongan.
  2. Institusional : merupakan tindakan SARA yang dilakukan oleh suatu institusi, termasuk negara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sengaja atau tidak sengaja telah membuat peraturan diskriminatif dalam struktur organisasi maupun kebijakannya.
  3. Kultural : merupakan penyebaran mitos, tradisi dan ide-ide diskriminatif melalui struktur budaya masyarakat.

------------------ [caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Kewaspadaan atas isu - isu negatif yang datang dari mahkluk berbau SARA wajib dihindari (gambar: pizap)"][/caption]

Dari ketiga kategori diatas, maka bisa kita jabarkan lagi menjadi luas sebab dan akibat SARA yang sering terjadi di kehidupan manusia. Dan hal ini bisa kita jabarkan, Faktor-faktor Penyebab dan Akibat Konflik SARA :

  • Perbedaan individu, yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.

  • Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.

Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.

  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline