Lihat ke Halaman Asli

syafruddin muhtamar

Esai dan Puisi

Kepada Para Pengungsi Perang Tanah Timur

Diperbarui: 21 Mei 2022   07:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dw.com

KEPADA PARA PENGUNGSI PERANG TANAH TIMUR 

Meronta karena ketidaksabaran mengunyah bara kepedihan hidup yang dihidangkan orang-orang gila negeri seberang, dibungkus seperti kado ulang tahun dan dikirim atas nama kemanusiaan, adalah nyanyianmu yang terdengar seperti dengung laba-laba kelaparan dalam tenda-tenda pengungsian.

Mata dunia menyaksikan derita terpajang disetiap layar-layar kaca yang berbohong. Kalian tidak kekurangan sedikitpun  perlengkapan dunia, hanya kekayaan itu teronggok rapi dalam gudang-gudang keserakahan yang terkunci. Kalian bukan korban perang, tetapi korban perampokan gerombolan robin hood. Mata sejarah hanya melihat penderitaan yang menempel dengan darah mengering di gurat wajahmu, tapi hatinya buta akan ronta jiwamu mendesis seperti gasing beliung pada gelombang udara kemanusiaan yang berdenyut disetiap tatapan.

Mengungsilah dari bungker-bungker perang berdinding dendam dan kebencian masuk ke bilik-bilik jiwa tersembunyi, di mana setiap relungnya adalah lorong-lorong nyanyian abadi dari petikan dawai-dawai gitar sang maha mengetahui. Rontamu akan bersemedi menjadi kesabaran pohon-pohon zaitun, tumbuh dengan akar keteguhan iman.

Sumber: Syafruddin (Shaff) Muhtamar, Nyanyi Lirih 1001 Malam (kumpulan puisi), Penerbit Pustaka Refleksi, 2008. Judul Puisi telah diperbaharui.  




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline