Lihat ke Halaman Asli

Nama Orang Tua Jadi Bahan Olokan, Sekedar Candaan atau Luka Psikologis?

Diperbarui: 5 Oktober 2025   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Keluarga bukan hanya hal kecil, melainkan mereka segalanya -Michael J.Fox

Setiap anak berhak merasa bangga dengan keluarganya. Tidak ada satu pun nama orang tua yang pantas dijadikan bahan ejekan. Sayangnya, di sekolah atau lingkungan sekitar, anak-anak sering menjadi sasaran ejekan hanya karena nama ayah atau ibu mereka. Teman mungkin menganggapnya lucu atau “cuma bercanda”, tapi bagi korban, kata-kata itu bisa menimbulkan luka psikologis yang nyata.

Ejekan seperti ini termasuk bullying verbal, yaitu intimidasi melalui kata-kata, baik langsung maupun lewat media sosial. Kata-kata yang menyinggung nama orang tua dapat menurunkan rasa percaya diri, membuat malu, dan memengaruhi kesehatan mental anak.

Fenomena ini terjadi karena stigma sosial dan stereotip. Nama yang terdengar unik, panjang, atau sulit diucapkan sering dijadikan bahan olokan. Padahal, nama orang tua adalah bagian dari identitas seseorang, dan mengejeknya berarti menyerang inti diri korban.

Dampak psikologis dari ejekan nama orang tua bisa serius. Anak yang menjadi korban sering merasa rendah diri, enggan bersosialisasi, dan takut diejek lagi. Stres dan kecemasan bisa muncul, memengaruhi motivasi belajar, interaksi sosial, bahkan kualitas tidur.

Contoh nyata terlihat pada seorang anak bernama Dika, yang kebetulan rumahnya tidak jauh dari rumahku. Teman-temannya sering mengejeknya karena nama ayahnya “Gatotkaca” dan memanggilnya hanya “Gatot”. Awalnya Dika mencoba mengabaikan ejekan itu, tapi lama-kelamaan rasa malu membuatnya menarik diri dan menurunkan semangat belajar.

Kasus serupa juga bisa terjadi di media sosial, di mana ejekan tersebar luas dan sulit dihindari. Efeknya lebih berat dibanding ejekan di dunia nyata karena rasa malu dan takut diejek terus-menerus menghantui korban.#karakter sosial.

Dampak jangka panjang bullying verbal ini nyata. Anak yang diejek karena nama orang tua berisiko mengalami gangguan tidur, kecemasan, rendah diri, hingga penurunan prestasi akademik.  Untuk mencegah dan mengatasi bullying ini, beberapa langkah bisa diterapkan:

1. Mendidik anak tentang empati sejak dini, agar mereka menghargai teman dan keluarganya.

2. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan inklusif. Guru dan staf harus aktif menegur bullying dan membangun budaya saling menghargai. Program anti-bullying juga penting untuk menciptakan lingkungan yang suportif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline