Lihat ke Halaman Asli

Anton Surya

Pengelana

Uang Receh=Negara

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14206789083971893

Masalah penolakan uang receh oleh seorang teller Bank Rakyat Indonesia berguling bak bola salju. Mungkin kita tidak tahu dimana itu Beo dan Tahuna, salah satu wilayah Indonesia terluar, tetapi dengan adanya internet masalah ini bisa tersebar luas ke seluruh Indonesia, bahkan dunia. sumber

[caption id="attachment_363559" align="aligncenter" width="468" caption="Sumber: Zulkifli Parangka via Kompas.com"][/caption]

Menyoal lagi masalah uang receh, kita seringkali dijengkelkan oleh penolakan dari toko, warung, SPBU, bank dan institusi lain. Saya sendiri sebagai pedagang kecil menerima uang receh dari pembeli, tetapi tidak pernah menolaknya, sehingga simpanan uang receh saya cukup banyak di toples dan belum saya gunakan

Uang receh tetaplah uang, meski nilainya kecil. Tanpa uang kecil tidak bisa menjadi uang besar. Satu triliun tidak bisa dikatakan satu triliun jika kurang seratus rupiah. Penolakan uang receh merupakan penolakan terhadap negara yang sudah mengeluarkan uang sebagai alat pembayaran yang sah. Sudah seharusnya institusi resmi yang ada di negara ini mau menerimanya. Uang sekalipun receh adalah representasi negara.

Pengalaman Zukifli Parangka hanya satu dari ribuan atau mungkin jutaan rakyat yang Indonesia. Saya juga beberapakali mendapat perlakuan demikian, tetapi tidak pernah mengangkat perkara ke dunia maya, sehingga masalah ini hilang begitu saja. Saya salut dengan Bapak Zulkifli Parangka yang berani mengangkatnya.

Jika kita melakukan transaksi seringkali tidak menerima kembalian uang receh yang seharusnya kita terima. Mental pedagang atau pegawai seperti ini perlu kita kritisi. Benih korupsi dan penyelewengan mulai dari uang kecil. Setia melakukan hal kecil merupakan langkah awal tuk pembelajaran melakukan hal yang besar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline