Lihat ke Halaman Asli

Suradin

Penulis Dompu Selatan

Masa Kecil yang Membahagiakan

Diperbarui: 22 September 2021   15:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri. Suradin

MEREKA sedang asyik makan mangga ketika saya menghampirinya. Mangga diambilnya tidak jauh dari sungai. Dibiarkannya terhampar di tanah. Siapa pun bisa mengambilnya. Mereka melingkar mengkerumuni sambal. Sambal sachet dibiarkan tanpa alas di atas semen pinggir sungai. Tangan-tangan mungilnya dijulurkan demi menyatukan rasa sambal dan mangga.

Terlihat tak ada satu pun yang risih. Mereka menerima saya tanpa tanya. Tanpa kecurigaan, layaknya orang kota pada umumnya. Sekumpulan anak kecil ini berasal dari dusun Nanga Doro, Desa Hu'u, Kecamatan Hu'u, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu-NTB. 

Sebuah kampung yang bersua langsung dengan bibir Samudra Hindia. Mereka menyambut orang lain dengan penuh persaudaraan. Mereka mengajak. Saya pun ikut nimbrung. Makan bersama sembari melepas tanya. Salah seorang menjawab. Mereka datang untuk mandi di sungai. Sungai serupa danau.

Dokpri. Suradin

Dokpri. Suradin

Musim hujan masih menghitung bulan. Tapi air dari gunung terus mengalir, lalu mengendap serupa danau. Air ini cukup penting bagi areal persawahan sekitar sungai ini. Bahkan juga untuk minum ternak yang melintas. 

Rumah bagi ikan dan beberapa mahluk hidup yang tak kasat mata. Ketika beberapa aliran sungai mengering, tidak dengan sungai ini. Menurut informasi, air dari arah gunung ini menjadi kebutuhan yang urgen bagi masyarakat setempat yang dialiri dengan pipa-pipa panjang hingga ke perkampungan. Dan anak-anak ini juga ikut merasakan kesegaran air ini.

Sebelum mandi, mereka memutuskan makan mangga terlebih dahulu. Mereka menikmati hari di bawah terik matahari. Tak seberapa lama, satu persatu melepas baju dan celana lalu meloncat ke dalam air. Anak-anak ini begitu riang. 

Di dalam air, beberapa menaiki rakit yang terbuat dari papan. Salah seorang meloncat dengan riang di atas gundukan batu. Sementara yang lain menyelam dan usil satu sama lain. Mereka nampak bahagia. Tidak soal, airnya berkeruh.

Dokpri. Suradin

Dokpri. Suradin

Dokpri. Suradin

Sesekali berteriak kencang. Mereka begitu menikmatinya. Ketika saya arahkan kamera handphone, mereka semakin bertingkah. Bahkan ada yang bergaya rock and roll dengan tiga jari yang menonjol. Mengangkatnya ke udara, sambil mengajak temannya untuk bergaya yang sama.

Potret anak-anak kampung di selatan kabupaten Dompu-NTB ini mengingatkan saya ketika di usia yang sama. Kala itu, ketika game belum menjamur, teve hitam putih masih langka, dan handphone masih di dalam imajinasi, sungai, gunung, laut dan sawah adalah tempat bermain yang indah. Berkelompok adalah hari-hari yang selalu mewarnai kami. 

Tak ada tontonan konser Dewa-19, apa lagi acara gossip ala artis yang sedang bercerai. Bahkan tidak ada perdebatan politisi busuk yang tertangkap Ka pe Ka.

Dokpri. Suradin

Dokpri. Suradin

Dokpri. Sukardin

Nampaknya masa kanak-kanak, masa yang paling indah. Seolah hidup tanpa beban. Jika tak ada uang belanja, cukup merengek ke ibu. Jika tidak di kasih, maka bisa menangis sejadi-jadinya di tanah, sambil tendang tembok rumah hingga roboh. Ibu kadang marah, hingga mengeluarkan sumpah serapah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline