Lihat ke Halaman Asli

Suradin

Penulis Dompu Selatan

Merawat Persahabatan dengan Jalan Silaturahmi

Diperbarui: 20 November 2020   23:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri. Bersama Bang Reza di kediamannya, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, 

LANGIT sore kota Mataram tidak secerah biasanya ketika roda dua yang saya kendarai membelah jalanan kota. Sapuan mentari sore bukan enggang menyapa semesta. Awan tebal yang egois tak bersedia bergeser untuk memberi celah pada mentari sore agar bisa menyapa semesta. Sedangkan beberapa jam ke depan malam masih setia menunggu berakhirnya hari.

Di perbatasan kota, saya melaju cukup pelan. Luasnya persawahan dengan tanaman padi yang menghijau menyambut saya di Labu Api, Lombok Barat, Jumat, 20 November 2020.

Angin sepoi sesekali menyapa.Siul burung yang hinggap di ranting pematang sawah menambah ademnya perjalanan. Rindangnya pepohonan yang berdiri angkuh di pinggir jalan melengkapi keindahan yang semesta suguhkan di sore ini.

Dokpri

Saya sedang mengunjungi kediaman seorang sahabat lama, setelah janjian satu hari sebelumnya. Di sore ini, dirinya memberi kabar bahwa memiliki waktu luang untuk berbincang dengan saya di kediamannya. Saya tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk berjumpa denganNya. 

Pasalnya, selain karena di sibukkan dengan menemani putri pertamanya, ia juga seorang dosen di salah satu kampus swasta di kota Mataram. Bisa dibayangkan bagaimana dia harus mengatur waktunya yang begitu padat.

Dokpri. Ketika Wisuda di Pasca  Sarjana Universitas Negeri Makassar, 2017

Dia punya banyak panggilan. Ada yang memanggilnya Isnaini, Bung Is, dan bahkan ada pula yang menyapanya dengan sebutan bang Reza. Semua panggilan itu tidak pernah dirinya keberatan. Apa lagi protes hingga bakar ban di jalan dengan mega phone di tangan.

Saya tidak pernah melihat dirinya marah hanya karena tidak dipanggil lengkap dengan gelar akademiknya. Walaupun sudah bersahabat lama, saya bahkan tidak pernah bertanya mengapa dirinya punya banyak panggilan seperti itu.

Bahkan hingga sekarang, dirinya masih cukup nyaman dengan semua panggilan tersebut. Saya sering berdiskusi dengannya di banyak kesempatan. Tapi sudah lama tidak kami lakukan lagi.

Kami sudah lama tidak duduk berdiskusi sambil menyeruput kopi. Sejak masing-masing di antara kami memutuskan berkeluarga beberapa tahun yang lalu. Dan sejak saat itu, cukup berpengaruh dengan intensitas pertemuan yang biasa kami sering agendakan.

Sangat berbeda ketika masih berstatus bujang beberapa tahun silam. Bahkan cukup sering kami menghabiskan malam hanya karena duduk berdiskusi dengan beragam topik. Tapi kini, situasinya sudah berbeda. Kendati demikian, kami tetap merawat persahabatan dengan sesekali janjian untuk bertemu. Seperti yang kami lakukan saat ini.

Dokpri. Bersama pemuda perubahan bangsa

Dokpri

Dokpri

Dari sekian panggilan yang dialamatkan kepadanya, saya lebih nyaman menyapanya dengan panggilan Bang Reza. Bukan karena teringat Reza mantan personil band Noah. Tapi, saya merasa nyaman memanggilnya dengan sebutan itu. Sekali lagi dirinya tidak pernah protes, apa lagi marah-marah sampai membanting kulkas hanya karena di panggil bang Reza.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline