Lihat ke Halaman Asli

Supiyandi

IG: @supiyandi771

Pertanian Indonesia di Era 4.0

Diperbarui: 30 Agustus 2019   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Smart Farming Sumber: Akarat Phasura

Era digital seperti saat ini semua aktivitas manusia saling terhubung oleh jaringan antara satu dengan yang lain tanpa adanya hambatan berrti. Interkoneksi ini membawa kita kedalam kecepatan dalam proses dan perkembangannya sehingga efisiensi dan efektifitas begitu berpengaruh. 

Era ini disebut dengan era  revolusi 4.0 atau revolusi industri 4.0 dimana semua kompleksitas permasalahan tergabung dalam satu konsepan dan berjalan dengan kecepatan penyelesaian yang sangat signifikan.

Berbicara tentang pertanian kita mungkin membayangkan dalam pikiran kita. Apa itu petani? Mungkin sebagian kita akan menjawab sederhana, lusuh, miskin, dan lainnya. Ketika disuruh menggambar landscape tentang petani mungkin yang kita gambarkan adalah seseorang yang sedang memegang cangkul ditengah sawah yang berada dibawah bukit dan menggarap sawahnya. Jika yang kalian pikirkan sama dengan yang digambarkan tadi maka kita belum bias berfikir untuk bersaing dalam revolusi industri 4.0 terutama disektor pertanian.

Mindset tentang pertanian tadi akan relevan jika kita berada pada zaman tahun 1960an dimana masih berlangsungnya revolusi industri 2.0 dan beralih ke 3.0. Tentunya kita harus mengubah cara berfikir petani di Indonesia ke konsep berfikir yang lebih modern dan kompleks lagi yaitu harus mampu berfikir bukan hanya sebatas pertanian model subsistem atau hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarga tetapi untuk mencukupi kebutuhan pasar atau berfikir industri. 

Artinya ada unsur kewirausahaan yang ditanam disitu. Kita tidak hanya menjadi petani yang subsistem saja tetapi yang mampu membuka lapangan pekerjaan baru, efisiensi dan efektifitas, mampu bersaing, mengkombinasikan kearifan lokal dengan perkembangan zaman tentunya mengadopsi teknologi pertanian terbaru.

Jika kita melihat sisi positif revolusi industri 4.0 ini secara umum akan memberikan dampak low cost economy, maximum service, complexity problem solving, competitive. Namun ini semua belum tentu bisa semuanya tercapai dalam revolusi industri 4.0, karena Negara kita sedang proses peralihan yang artinya sedang beradaptasi dengan revolusi industri 4.0 terutama disektor pertanian. 

Berbeda halnya denya Negara Jerman, Amerika Serikat atau Negara-negara manju lain yang sudah menggunakan peralatan modern bahkan di Jepang sudah beralih ke revolusi industry 5.0 saat ini.

Indonesia itu Negara yang kaya dan begitu besar potensi yang bias diberdayakan terutama di sektor pertanian. Negara kita terkenal dengan budaya agrarisnya yang tidak lain bertani itu adal budaya kita. 

Namun sekarang semua itu semakin lama semakin terkikis. Kita memiliki sinar matahari sepanjang tahun dengan kesuburan tanahnya yang bias menghidupkan tanaman apa saja yang ditanam di tanah kita. Apa yang kita butuhkan sebenarnya? Yang kita butuhkan adalah master plan pengembangan pertanian Indonesia yang strategis dan berpihak pada lokal. 

Karena jika ditarik sejarah kebelakang bahkan sampai saat ini Negara kita belum mampu mencukupi kebutuhan dasar pangannya sendiri terutama bahan baku yang mampu kita produksi sendiri.  Jika kita tidak mampu beralih dari keadan sekarang akan sulit kita bias bersaing di era revolusi 4.0 seperti sekarang ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline