Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

"Grassroot" PSSI dan Kemenpora Kadaluwarsa

Diperbarui: 24 Februari 2018   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: tirto.id

Wahai publik pecintai sepakbola nasional. Coba perhatikan, apa yang dihasilkan dari pertemuan antara PSSI dan Kemenpora, dari pertemuan rombongan PSSI yang diterima Menpora Imam Nahrawi di kantor Kemenpora, Senayan Jakarta, Rabu (21/02/2018).

 Lagi-lagi yang dibicarakan adalah menyoal program grassroot, seperti yang juga dilakukan oleh pelatih-pelatih Indonesia yang masih dielu-elukan karena prestasinya, dan coba keliling ke berbagai daerah, lakukan coaching clinic. Selalu bicara grassroot, grassrot, dan grassroot. 

 Ada grassroot ala Indra Syafri, lalu sekarang ada grassroot yang dihasilkan dari pertemuan PSSI dan Kemenpora.

 PSSI dan Kemenpora selama ini ke mana?

Apa yang dihasilkan dari pertemuan antara PSSI dan Kemenpora, adalah hal yang sangat baik sekaligus memprihatinkan! Hanya di Indonesia, menyangkut urusan sepakbola semua ingin terlibat atau mau dilibatkan atau mau maunya melibatkan diri, padahal urusan sepakbola, sewajibnya menjadi tanggungjawab organisasi sepakbola resmi di tanah air satu-satunya, yaitu PSSI.

 

Bahkan dari hasil pertemuan, urusan grassroot ini, malah banyak pihak yang diharapkan turut ikut campur tangan sepertipemerintah, LSM, komunitas, sekolah, dan pihak lain, padahal objek grassroot adalah anak-anak usia 6-12 tahun. Ke mana saja selama ini PSSI dan Kemenpora?

Anak-anak usia 6-12 tahun, kini telah jutaan jumlahnya yang terdaftar dan dilatih serta dibina di Sekolah-Sekolah Sepakbola (SSB), atau ada yang dibina wadah sok keren bernama Akademi sepakbola, padahal proses pembinaannya tidak beda dengan SSB.

Bayangkan, sekarang ini, hampir seluruh anak yang sudah terdaftar di SSB, lalu menjadi pemain binaan SSB, namun anak bersangkutan juga menjadi pemain di Sekolah Dasar (SD), sekolah formal Si anak. Berapa banyak event festival/turnamen/kompetisi anak usia 6-12 tahun yang akhirnya saling membenturkan individu anak. Saat berasamaan seorang anak dibutuhkan untuk membela SSB dalam sebuah event festival, namun di waktu dan hari yang sama sekolah formalnya (SD) juga membutuhkan tenaga Si anak.

Ke mana saja PSSI dan Kemenpora selama ini? Apakah tertutup mata dan tertutup telinga banyaknya persoalan perebutan Si anak oleh SSB dan sekolah formalnya, meski anak bersangkutan di bina di SSB, bukan di SD.

Lalu, program grassroot yang diperbincangkan, sejatinya untuk anak-anak usia 6-12 di negara Indonesia? Atau negara lain?Anak usia 6-12 tahun di Indonesia, kini telah tergrassroot oleh SSB dengan berbagai festival dan kegiatannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline