Lihat ke Halaman Asli

Suko Waspodo

Pensiunan

Menyeimbangkan Dukungan dan Pertumbuhan Emosional dalam Mengasuh Anak

Diperbarui: 13 Mei 2024   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: istock

Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pergeseran penting dalam pola asuh orang tua yang memprioritaskan validasi perasaan anak. Meskipun tujuan di balik pendekatan ini adalah untuk menumbuhkan kecerdasan emosional dan membangun hubungan orang tua-anak yang kuat, terdapat kekhawatiran yang berkembang bahwa keterikatan kita pada validasi mungkin secara tidak sengaja menghambat keterampilan pengaturan emosi anak-anak.

Validasi, pada hakikatnya, melibatkan pengakuan dan penerimaan perasaan anak, terlepas dari apakah kita setuju atau tidak. Ini tentang menunjukkan empati dan pengertian, yang tidak diragukan lagi merupakan komponen penting dalam interaksi orang tua-anak yang sehat. Namun, timbul pertanyaan: apakah orang tua harus selalu mengakui perasaan anak-anaknya?

Jawabannya berbeda-beda. Meskipun validasi memainkan peran penting dalam membina kesejahteraan emosional anak, menjaga keseimbangan antara validasi dan mendorong pertumbuhan emosional juga sama pentingnya. Inilah alasannya:

1. Mendorong Ketahanan

Validasi terus-menerus mungkin secara tidak sengaja menyampaikan kepada anak-anak bahwa tidak perlu mengatasi emosi sulit secara mandiri. Meskipun memvalidasi perasaan mereka adalah hal yang penting, memberdayakan anak-anak untuk mengembangkan ketahanan dan mekanisme mengatasi masalah untuk menghadapi sendiri situasi yang menantang adalah hal yang sama pentingnya.

2. Mempromosikan Regulasi Emosional

Penekanan yang berlebihan pada validasi terkadang dapat melemahkan pengembangan keterampilan regulasi emosional. Anak membutuhkan bimbingan dalam memahami dan mengelola emosinya secara efektif. Daripada hanya memvalidasi perasaannya, orang tua juga dapat mengajari anak cara yang sehat untuk mengatasi dan mengekspresikan emosi secara konstruktif.

3. Menumbuhkan Refleksi Diri

Memvalidasi perasaan anak-anak tanpa mendorong refleksi diri dapat menghambat kemampuan mereka untuk memahami penyebab emosi mereka. Dengan melibatkan anak-anak dalam percakapan reflektif, orang tua dapat membantu mereka mendapatkan wawasan tentang mengapa mereka merasakan hal tertentu dan mengeksplorasi perspektif alternatif.

4. Menetapkan Batasan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline