Lihat ke Halaman Asli

Suhendrik N.A

Manusa biasa yang tak berharap apa-apa

Bambu Pena Haurgeulis: Perpustakaan Jalanan yang Membakar Semangat Literasi

Diperbarui: 5 Mei 2024   21:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kegiatan Perjal (Instagram/@bambu.pena)

Di tengah hiruk-pikuk kehidupan perkotaan, di sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, terdapat sebuah inisiatif luar biasa yang menyala-nyala dalam memperjuangkan literasi: Bambu Pena Haurgeulis. Komunitas ini merupakan salah satu dari banyak perpustakaan jalanan yang tersebar di Indonesia, namun keberadaannya mengilhami banyak orang dengan semangatnya yang tak kenal lelah dalam mempromosikan budaya membaca.

Perkenalan dengan Bambu Pena Haurgeulis

Bambu Pena Haurgeulis, nama yang diambil dari dua elemen kunci dalam budaya lokal, yakni bambu sebagai simbol kekuatan dan ketahanan, serta pena sebagai lambang kekuatan tulisan. Terletak di desa Haurgeulis, komunitas ini didirikan oleh sekelompok pemuda dan pemudi yang peduli akan pentingnya literasi dalam mengubah nasib bangsa.

Visi dan Misi

Visi Bambu Pena Haurgeulis tidak hanya sekadar memperbanyak buku di tangan masyarakat, tetapi lebih dari itu, mereka berupaya membangun kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memajang beragam buku yang disusun apik emperan, mereka membuka akses bagi siapa saja yang ingin membaca tanpa dipungut biaya.

Misi utama komunitas ini adalah menyediakan akses yang mudah dan murah terhadap literatur, terutama bagi mereka yang tidak memiliki akses ke perpustakaan formal. Selain itu, mereka juga mengadakan berbagai kegiatan edukatif seperti pelatihan membaca dan menulis, serta diskusi buku.

Perjuangan dan Tantangan

Meskipun memiliki semangat yang kuat, Bambu Pena Haurgeulis tidak luput dari tantangan. Salah satu tantangan terbesar adalah keterbatasan sumber daya, baik dalam hal buku maupun infrastruktur. Dukungan dari pemerintah dan donatur sangat dibutuhkan agar komunitas ini dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih luas.

Selain itu, mereka juga harus menghadapi tantangan dalam meningkatkan minat baca masyarakat, terutama di era digitalisasi yang semakin merajalela. Namun, dengan kreativitas dan tekad yang kuat, mereka terus berusaha mencari cara untuk tetap relevan dan memikat hati generasi muda untuk mencintai dunia literasi.

Dampak Positif

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline