Lihat ke Halaman Asli

Stephen Sihombing

mengabdi bagi kemanusian dengan keteladanan Yesus

Khotbah Matius 25:1-10

Diperbarui: 30 Desember 2017   11:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

foto: dokumen pribadi

Akhir tahun selalu menjadi kesempatan untuk mengevaluasi hidup. Tiap-tiap keluarga atau pribadi seolah memutar ulang jam kehidupan dan menilai sejauhmana pencapaian yang sudah dihasilkan. 

Adakah keberhasilan yang sudah diraih? Hal-hal apa saja yang bisa dikatakan bahwa dalam hidup terjadi kemajuan atas semua yang direncanakan dan dikerjakan? Adakah hal-hal tertentu yang membawa kegagalan? Yang membuat kecewa dan sedih. Penyesalan yang baru datang belakangan.

Tentu saja dinamika hidup demikian dengan semua plus dan minusnya; asam manisnya, bukan bertujuan agar kita menilai masa depan dengan pesimis; dengan negatif; dengan ketakutan yang berlebihan! 

Sebagai orang beriman, penting bagi kita untuk mempersiapkan diri kita dengan apa yang berharga sehingga kita tidak kehilangan kesempatan berharga dan kebahagiaan saat mana berkat Tuhan datang pada waktunya.

Konteks bacaan hari ini terkait dengan tema khotbah Yesus tentang akhir zaman (pasal 24 dan 25). Jika saudara membaca pasal 24 dan 25, maka yang utama dikatakan Yesus bahwa pada akhir zaman kelak Yesus datang sebagai Raja dari segala raja. Yesus datang untuk menghakimi manusia dan menilai apa yang diperbuat manusia selama menjalani hidup ini.

Perbuatan apa yang dinilai Tuhan: apakah anak-anak Tuhan tetap setia dan bertahan dalam imannya meskipun penderitaan menghantam mereka? (24:13) apakah murid-murid Yesus tetap percaya kepada kebenaran firman Tuhan sehingga mereka selalu hidup dalam pengharapan kepadaNya? (24:32-33) apakah mereka tetap berjaga meskipun malam tiba agar rumahnya tidak dibongkar pencuri? (24:42-43) apakah kita didapati sebagai hamba yang setia dalam tugas dan bukannya hamba jahat yang hidup dalam hawa nafsu kedagingan? (24:48-49)

Menyambut Yesus yang kelak datang, jelas membutuhkan persiapan yang sungguh-sungguh. Saudara dan saya pasti akan diikutsertakan dalam kegembiraan dan kebahagiaan yang dijanjikan Allah. Sama seperti kegembiraan dan kebahagiaan yang dialami sepasang muda-mudi yang melangsungkan perkawinan. Keduanya dan keluarga besar  mempersiapkan pesta perkawinan dengan luar biasa. Semua orang menjalankan tugasnya dengan baik. Mereka tidak hanya berkomitmen dan saling menerima, tetapi juga mau berkorban waktu, tenaga dan materi agar pesta perkawinan dapat membahagiakan semua orang.

Perumpamaan Yesus ini sederhana. Sepuluh anak gadis dengan tugasnya mengiringi kedatangan pengantin lelaki. Masing-masing diperlengkapi dengan pelita yang menyala. Tentu saja para gadis itu sudah tahu tugas mereka jika pengantin datang pada waktunya. Semua sudah sesuai dengan protokoler. 

Namun di lapangan terjadi hal yang tidak diduga sama sekali. Kedatangan mempelai tidak sesuai jadual. Ada keterlambatan. Pesta belum bisa dimulai. Waktu pun terus berputar. Tidak ada yang dapat menghalangi detik yang bergulir.

Sampai malam tiba dan disaat itu mempelai datang. Pengumuman disampaikan. Semua siap dengan tugasnya. Para gadis pengiring bangun dari tidurnya. Mereka semua harus menjalankan tugasnya. Yang terjadi sebagian meminta minyak dari temannya sebab dikatakan: pelita kami hampir padam (25:8). Sebuah permintaan yang tentu wajar namun waktunya tidak tepat. 

Gadis-gadis yang bijak itu menjawab dengan tegas bahwa apa yang mereka miliki cukup sampai selesai tugas menyambut pengantin. Jangan sampai semua dipermalukan sebab kelalaian sebagian Diorang. Pergilah membeli minyak kepada mereka yang menjualnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline