Lihat ke Halaman Asli

Johanes Krisnomo

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Dodol Dawet Kreweng

Diperbarui: 30 Desember 2015   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebuah harapan atau doa dapat diungkap secara visual dalam bentuk simbol-simbol. Seperti halnya prosesi pernikahan menurut adat Jawa, “Dodol Dawet”, atau jual cendol (dari bahasa Jawa, dodol : jual; dawet : cendol), satu diantara rangkaian acara sebelum hari pernikahan.

Dodol Dawet, dilaksanakan di halaman rumah, mengundang keluarga dan tetangga sekitar, dengan pembayaran berupa pecahan bahan genting berbentuk bulat, kreweng (bahasa Jawa). Pelakunya adalah pihak keluarga calon mempelai putri, dalam hal ini ibu calon pengantin, didampingi suaminya yang menggunakan payung pelindung.

Hasil pembayaran, kreweng diterimakan oleh suami, sedangkan istri khusus melayani para pembeli dawet. Maknanya dapat diartikan bahwa suami-istri harus bahu-membahu, bekerja sama dalam membangun mahligai rumah tangga.

Prosesi Dodol Dawet, secara khusus ditujukan atau dipahami sebagai simbolisasi sebuah harapan atau doa agar pernikahan yang akan digelar keesokan hari, dikunjungi banyak tamu, seperti juga laris-manisnya dawet yang terjual.

Pengalaman pribadi, saat dulu, ketika masih belum punya rumah dan beberapa asesorisnya seperti mobil dan lain-lain, sengaja disiapkan bentuk miniaturnya rumah dan mobil, di sudut ruang tamu sebagai simbolisasi target penguat harapan dan doa bagi keluarga.

Simbolisasi itu perlu, di penghujung pergantian tahun, 2015 – 2016, nyatakan secara visual bentuk aktual rencana pencapaian masa depan, agar harapan itu terwujudkan dalam kurun waktu.

Cimahi, 30 Des 2015

Catatan : Foto-foto milik pribadi, saat acara pernikahan keluarga di Semarang, 02 Okt 2015.

Terimakasih

Johanes Krisnomo




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline