Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Refleksi Teori Jean Piaget

Diperbarui: 24 September 2021   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Jean Piaget yang terkenal dengan teori perkembangan kognitifnya berpendapat bahwa kecerdasan seorang anak berubah seiring dengan pertumbuhannya dimana anak bukan hanya memperoleh pengetahuan, akan tetapi anak juga harus mengembangkan atau membangun mentalnya.

Jean Piaget membagi perkembangan kognitif ke dalam 4 tahap yaitu tahap sensori motor (0-2 tahun), tahap praoperasioanl (2-7 tahun), operasional konkret (7-11 tahun) dan operasional formal (11-dewasa). 

Setiap orang akan melalui semua tingkatan dengan kecepatan yang berbeda-beda, akan tetapi urutan perkembangan intelektual sama untuk semua orang, dimana struktur untuk tingkat sebelumnya terintegrasi dan termasuk sebagai bagian dari tingkat-tingkat berikutnya

Anak usia dini yang mana berada pada rentang usia 0-6 tahun berada pada tahap sensori motor dan tahap praoperasional. 

Pada tahap sensori motor terjadi pengembangan pemahaman tentang dunia melalui koordinasi pengalaman sensorik (melihat, mendengar) dengan tindakan motorik (menggapai, menyentuh). 

Sedangkan pada tahap praoperasional anak berpikir pada tingkat simbolik. Anak tidak bisa menggunakan logika untuk mengubah, menggabungkan, atau memisahkan ide atau pikiran. Anak membangun pengalaman tentang dunia melalui adaptasi dan mulai menuju tahap (konkret).

Berdasarkan teori Piaget, anak pada tahap praoperasional ini belum mampu menerima contoh-contoh yang abstrak. Mereka membutuhkan contoh yang nyata yang bisa dilihat oleh mata. Contoh yang nyata itu merupakan pengalaman bagi anak yang akan membangun pemahaman anak.

Pada masa pandemi ini, anak usia dini harus melaksanakan pembelajaran daring. Proses pembelajaran yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka dengan berinteraksi secara langsung antara peserta didik, pendidik, dan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, harus berubah menjadi pembelajaran dalam jaringan atau pembelajaran jarak jauh. 

Pemerintah pun melakukan terobosan dengan memberikan fleksibilitas bagi sekolah untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa. Modul yang digunakan adalah modul belajar dengan prinsip "Bermain adalah Belajar". Proses pembelajaran terjadi saat anak bermain serta melakukan kegiatan sehari-hari.

Sebagai contoh adalah kegiatan memasak sayur. Sebelum memasak, orang tua sebagai pendamping anak dalam melakukan kegiatan memasak  meminta anak untuk mengelompokkan sayuran berdasarkan warna dan menghitung jumlahnya. Setelah dihitung, orang tua menjelaskan apa manfaat dari mengkonsumsi masing-masing sayuran, misalnya wortel untuk kesehatan mata karena banyak mengandung vitamin A. Orang tua kemudian meminta anak untuk membantu memotong sayuran dengan alat pemotong sayuran. Setelah anak mencuci sayuran tersebut, anak bersama orang tua memasak sayuran tersebut dan kemudian memindahkan ke dalam piring saji.

Dari contoh di atas, anak mendapatkan pengalaman yang nyata, seperti bentuk, warna, dan tekstur sayuran yang berbeda2. Anak belajar mengenali perbedaan antara sayur yang satu dengan yang lainnya, sehingga anak memiliki konsep sayur-sayuran tersebut. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline