Lihat ke Halaman Asli

Srielen Pomulu

Habis Tinta

Tradisi Doi (Uang) Selendang pada Masyarakat Desa Ayong

Diperbarui: 23 Oktober 2019   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image caption

Definisi Uang Selendang

Terdapat Tradisi yang unik, mengesankan, dan agak sulit kita temukan di tempat selain di Sulawesi Utara khususnya kabupaten Bolaang Mongondow. Tradisi tersebut sering disebut Doi (uang) selendang oleh masyarakat setempat. Tradisi ini dilakukan sebelum pelaksanaan salat idul fitri ataupun idul adha.

Doi selendang yang di maksud disini adalah uang yang diberikan oleh jama'ah salat idul fitri ataupun idul adha. Jika pada kebanyakan wilayah kita melihat orang-orang menggunakan kotak untuk uang yang disumbangkan, lain halnya dengan tradisi ini, uang selendang akan diberikan kepada orang yang sudah ditugaskan untuk membawa selendang.

Satu selendang di apit oleh dua orang petugas, setiap petugas akan memegang ujung dari selendang tersebut hingga berbentuk wadah dan berkeliling di tempat pelaksanaan salat sebelum salat dilaksanakan, dan jama'ah meletakan uang  yang ingin disumbangkan pada selendang tersebut.

Pada masyarakat kabupaten Bolaang Mongondow khususnya desa Ayong sendiri tradisi doi (uang) selendang sudah merupakan tradisi turun temurun. Hal ini dilakukan sebagai rasa syukur masyarakat setempat karena telah menjalankan ibadah puasa dan merayakannya pada hari kemenangan yaitu lebaran idul fitri dan untuk bentuk rasa syukur atas rezeki yang telah diberikan Tuhan pada hari menjelang lebaran idul adha.

Namun tradisi unik ini sering luput dari perhatian para peneliti, mungkin saja tradisi ini dianggap cukup sepele dan biasa-biasa saja. Padahal tradisi ini meningkatkan spirit dari masyarakat setempat untuk bersedekah, dan meningkatkan minat anak-anak untuk turut menunaikan salat id.

"Kenapa kemudian tradisi ini bisa meningkatkan minat anak-anak untuk menunaikan salat id?" Ini pertanyaan yang saya tanyakan pada Imam Masjid Baiturrahman desa Ayong bapak Masran Labenjang. Pak imam menjawab bahwa: "Itulah yang unik dari tradisi Doi Selendang di desa Ayong, karena sebagian hasil dari doi (uang) selendang akan di sumbangkan untuk masjid dan sebagian lainnya dibagikan pada anak-anak di bawah umur 10 tahun selesai salat id, agar mereka menjadi minat untuk dapat bersama-sama menunaikan ibadah salat id dan akhirnya menjadi terbiasa."

Makna Filosofis Dari Uang Selendang
 Tradisi doi (uang) selendang bukan hanya semata-mata untuk bersedekah saja. Terdapat makna filosofis dari doi (uang) selendang ini.
 Pertanyaan selanjutnya yang saya tanyakan pada pak imam  "Mengapa kemudian Uang yang disumbangkan harus diletakan pada selendang bukan pada wadah lainnya? "

Pak Imam mejawab bahwa: "Selendang merupakan kain yang serba guna, biasa digunakan oleh masyarakat setempat untuk dijadikan penutup kepala bagi perempuan di Desa ayong, dengan meletakan Uang sedekah di selendang maka masyarakat setempat percaya bahwa uang yang mereka sedekahkan tidak berpotensi riya' karena fungsi dari selendang pada masyarakat desa ayong sendiri adalah sebagai hijab atau penutup bagi perempuan, sehingga masyarakat juga beranggapan bahwa selendang bisa menjadi hijab atau penutup bagi mereka untuk tidak riya' terhadap uang pemberian mereka.

Selain itu selendang juga sering digunakan sebagai gendongan bayi, oleh sebab itu sebagian dari uang tersebut diberikan pada anak-anak, meraka percaya bahwa dengan membagikan uang selendang pada anak-anak akan meningkatkan spirit ibadah spiritual mereka, karena selendang berfungsi sebagai penyangga anak-anak jika di ikatkan berbentuk gendongan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline