Lihat ke Halaman Asli

Anies Baswedan: Menakar Janji, Menuai Bukti

Diperbarui: 22 November 2016   19:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ada banyak yang bilang, dalam berkampanye, Anies terlalu banyak mengobral janji. Anies, dengan kalimat-kalimatnya yang terukur terlalu mengada-ada untuk merealisasikan program yang sebenarnya tak terukur. Anies, dengan kata-katanya yang manis-sistematis terlalu berlebihan ketika menabur program sebagai senjata meraup untung.

Baiklah, sah-sah saja orang bilang seperti itu. Tapi mari, sambil menyeruput kopi, kita pahami pelan-pelan. Sulit memang, karena persepsi yang sudah kadung mengakar bahwa dalam kampanye itu yang ada hanya mengobral janji palsu. Panggung sandiwara.

Mari...

Bisakah Anda membayangkan seorang calon gubernur, yang telah bulat memantapkan niat dan petantang-petenteng kesana-kemari untuk memperkenalkan diri tanpa membawa program yang akan ditawarkan? Blusuk sana, blusuk sini tanpa menenteng sekeranjang “camilan konsep” untuk sama-sama dimakan dan dirasakan? Apa yang mau dibicarakan dengan masyarakat yang ditemuinya dibawah? Hanya mendengarkan curhat kaum grassroot lalu ikut merasa sedih dan prihatin, tanpa menawarkan sebuah solusi? Bisakah Anda membayangkan seorang calon gubernur, mendatangi warga, tanpa membawa konsep matang ke arah mana pembangunan kota akan diarahkan? Coba Anda bayangkan! Kalau ada calon yang seperti itu, apakah akan Anda puji atau justru akan Anda caci karena terkesan “ugal-ugalan” untuk memimpin sebuah kota sekompleks Jakarta, misalnya?.

Dilematis memang, tapi mungkin, memang perlu dibedakan mana yang sifatnya tawaran program dan mana yang janji. Ini penting untuk dipahami agar tidak ada lagi generalisasi politisi tanpa bukti hanya obral janji. Bagaimana membedakan antara tawaran dan janji? Mudah, selama sang calon tidak mengucapkan atau menuliskan “saya berjanji”, berarti itu adalah tawaran. Menawarkan konsep yang akan dijalankan, yang pada realitasnya meniscayakan beberapa pertimbangan untuk direalisasikan atau tidak, masih perlu rasionalisasi. Janji perlu dicatat untuk dituntut dan ditagih, sementara konsep dan tawaran hanya bisa dipertanyakan.

Jadi, mari kita mulai berpikir untuk berpikir ulang, bahwa calon pemimpin yang baik itu bukan calon yang sedikit janjinya, apalagi tidak berjanji, tapi adalah calon yang bisa meyakinkan pemilih, bahwa janjinya akan terealisasi.

Maka, berbicara tentang perjalanan Anies ketika berkampanye, haruslah dibedakan, mana yang sifatnya konsep dan tawaran, lalu mana yang benar-benar janji yang keluar langsung dari mulutnya atau tertulis dalam konsep matangnya. Artinya, menawarkan sebuah konsep dan program matang seperti yang dilakukan oleh Anies adalah bagian dari kesiapannya untuk memimpin. Kita mungkin sepakat, tidak melihat Anies sebagai orang yang sembarangan obral janji, karena setiap yang dibicarakannya selalu dikaji. Hal ini bisa kita lihat di lapangan. Kalau kita mengikuti perjalanan kampanyenya, ia tidak gampang mengobral janji. Ketika turun ke bawah untuk blusukan, ia selalu menggunakan kata-kata “akan dipertimbangkan” atau “menarik untuk direalisasikan”. Baru untuk suatu kebijakan yang dirasanya urgen, ia berjanji untuk menyelesaikan atau memperbaikinya.

Jadi, melihat Anies berkampanye, kita barangkali lebih baik menggunakan diksi menakar janji, bukan mengobral janji. Menakar tentu beda dengan mengobral. Menakar meniscayakan adanya rencana yang matang, dipertimbangkan sedemikian rupa, dan berharap bisa dilaksanakan. Sementara mengobral, hanya meniscayakan meraup keuntungan dan simpati untuk memperbesar keterpilihan. Ketika oleh salah seorang warga, Anies diminta untuk menghapus ojek online, misalnya, ia tidak langsung berjanji untuk memenuhi permintaan itu, ia memilih diam dan menujukkan sikap bingung untuk sesuatu yang memang dirasa perlu pembahasan. 

Ia tampil apa adanya, menawarkan program dan konsep yang dirasanya bisa direalisasikan. Perlu dicatat, hanya ada 23 Janji Kerja yang dipersiapkan oleh Anies dan Sandi. Itu bukan mengobral janji, tapi lebih pada pertimbangan realistis untuk kesejahteraan warga Jakarta. Ke-23 Janji untuk dikerjakan dalam rentang waktu lima tahun, itu bukan obralan.

Jadi, Anies tidak bisa dikatakan sebagai calon gubernur yang serampangan mengobral janji. Justru ia selalu berusaha menakar janji, untuk menuai bukti. Maka, mari kita buktikan takaran-takaran janji yang diperjuangkannya untuk kesejahteraan warga Jakarta.

Mari




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline