Lihat ke Halaman Asli

Soetiyastoko

☆ Mantan perancang strategi pemasaran produk farmasi & pengendali tim promosi produk etikal. Sudah tidak bekerja, usia sudah banyak, enerjik. Per 30 April 2023 telah ber-cucu 6 balita. Gemar menulis sejak berangkat remaja - Hingga kini aktif dikepengurusan berbagai organisasi sosial. Alumnnus Jurusan HI Fak.SOSPOL UNPAD, Angkatan 1975

Sikatrik

Diperbarui: 17 Juli 2021   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pendar cahaya mata
dan
coretanmu didinding pabrik
terbaca pilu dalam merah darah
lengkap rambatan ceceran kental

"Irisan luka"
dua kata yang kau tulis

Wabah ini menguras segalanya
tagihan asuransi pendidikan
premi bpjs
pulsa internet belajar anak,
seperti talang
yang
terlalu panjang
untuk
bisa
sekedar teteskan rembesan pancuran

Kau isyaratkan
tak butuh saputangan
atau
gumpalan kotak tissu,
itu
terlalu mewah

Besok pagi
harus pindah
ke tempat yang belum
kau
tau

Tabungan perpanjangan kontrak
rumah petak
telah lewat
dibawa obat
dan
tabung oksigen
pengantar kematian
pasangan harimu
renangi nestapa,
yang
jadi
cerita

Cerita yang jelma lokomotif
penarik iklan
di
layar datar

Cerita yang luberkan timbunan air mata,
seraya tebalkan dompet
pembaca berita  yang disiarkan

Derita dan kemiskinan
tak sempat kau keluhkan,
ketika
lapar pun jadi temanmu tertawa

Berkas surat pe-ha-ka
erat ditanganmu
akan
kau bingkai logam emas

Walau
kau belum tau
di dinding kontrakan mana,
akan
kau pajang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline