Lihat ke Halaman Asli

Zulfikar Akbar

TERVERIFIKASI

Praktisi Media

Saat Muslim Harus Marah

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_123763" align="alignleft" width="148" caption="Lesbian yang menjadi Tuhan Sdr Rinaldi Abrakadabra (Gbr: Profile Rinaldi)"][/caption] Dalam banyak referensi dalam Islam, marah memang dianjurkan sekali untuk ditahan. Bahkan dalam salah satu hadits disebutkan, seseorang yang paling layak digelari orang kuat adalah orang yang bisa menahan marahnya. Nah, dan disini saya ingin bercerita sedikit tentang kemarahan. Apalagi, hari ini saya disebut ego hanya karena saya marah. Marah atas kasus pelecehan terhadap asma Allah, Tuhan yang saya sembah. Diplesetkan seorang Kompasianer bernama Rinaldi Abrakadabra dalam syahadat diutak-atiknya menjadi assaduanla ila bonita, wa asaduanna moammar kadafi (artikel yang juga mengulas hal itu, di sini). Jelas, plesetan itu sama dengan menggantikan asma Allah, dengan Bonita yang saya curigai mungkin pelacur yang sudah melahirkan makhluk bernama Rinaldi Abrakadabra itu. Tidak itu saja, Muhammad diplesetkan menjadi Moammar Khadafi. Benar dia sudah minta maaf, tapi cukupkah hanya sekedar dengan minta maaf saja kemudian serta merta bisa dimaafkan? Siapa yang bisa menjamin intelektual keblinger serupa itu tidak akan mengulangi lagi penghinaan seperti demikian? Saya perhatikan memang ada beberapa teman seperti Arif B Santoso yang bahkan menulis di wall saya:

sebaiknya anda klarifikasi di FB bahwa Rinaldi sudah menyampaikan permintaan maaf terbuka di kompasiana.

Pesan yang berisikan anjuran untuk saya muatkan nama hewan bernama Rinaldi lengkap dengan link permintaan maaf dia. Maaf, ini bukan persoalan sederhana! Meski memang tulisan Rinaldi yang berhubungan dengan pelintiran syahadat itu--katanya-- dihapus admin, pernah saya publish di FB saya juga agar masyarakat tahu seperti apa cara berpikir makhluk tersebut. Tapi, soal maaf yang juga dia tulis di Kompasiana terkait 'kekhilafannya', saya menolak untuk publikasikan di Facebook saya. Alasan saya hanya, yang salah bukan saya, tetapi Si Cerdas RInaldi itu yang sudah dengan kepala besar menghina Allah dan Rasulullah. Saya katakan, saya sering dihina dan diremehkan orang, tetapi saya bisa menahan marah. Jelas karena itu berhubungan dengan diri saya pribadi. Marah dan tidaknya, ketika berhubungan dengan diri pribadi itu menjadi tolok ukur kedewasaan saya dalam mengelola ego dan kemarahan itu sendiri. Tetapi yang berhubungan dengan Allah, cuma karena alasan agar saya disebut demokratis, berpikiran dewasa, tidak egois, baik, lembut, lalu dengan mudah memaafkan pelecehan terhadap agama seperti itu? Kemana IMAN SAYA? Apa bukti saya muslim???




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline