Lihat ke Halaman Asli

SLAM Indonesia

Media Anak Muda

Jauh Panggang dari Api

Diperbarui: 19 Juni 2023   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi bersumber Rijal Tanmenan

JAUH PANGGANG DARI API

DILEMA CITA RASA DI TENGAH ANOMALI SENI-BERKESENIAN

TENTUNYA bukan ide buruk menghayati imajinasi yang seiring sejalan dengan praktik analisis-kritis secara bersamaan. Tentang anggapan bahwa kini orang-orang telah penuh gairah menyambut geliat seni-berkesenian --jika terlalu enggan menyebutnya ekosistem---, yang semata dipandang dalam hitungan jumlah festival atau perhelatan seni saja.

Justru hal yang demikian turut mengisyaratkan 'jalan buntu' bagi kualifikasi cita rasa seni-berkesenian. Bagaimana akan tidak? Keseimbangan adalah implikasi dari seni-berkesenian. Dan oleh sebab itu, agar supaya tidak berlarut-larut mengkompromikan hal yang ideal berubah menjadi bias (atau absurd), maka diperlukan persepsi relevan yang evaluatif.

Harusnya para pelaku seni beserta karya seninya adalah sasaran kritik. Bukan bully-an, hujatan, ataupun cercaan, apalagi penghakiman. Namun sejumlah mereka itu terpikat untuk berpindah dari kontestasi intelektualitas (gagasan dan kedalaman berpikir) ke popularitas (edar-tenar).

Melalui metode meng-introduksi diri yang semakin masif, dengan gimmick-gimmick konten acara jauh lebih menarik daripada substansi, dan lain-lain. Umumnya orang bisa lebih menyukai itu daripada inti pikiran maupun gagasan kekaryaan.

Belum lagi ditambah dengan poin semakin gencarnya sejumlah wadah, lembaga, dan ruang-ruang yang semula memosisikan diri sebagai titik simpul pelaku kreatif bagi pertautan ragam aktifitas yang seharusnya memfasilitasi 'gagasan kreatif' (intelektualitas/ intelegensia), akan tetapi justru telah memainkan nada anti-kritisisme yang bising sekali --kalau bukan berebut akses juga peran dan pengaruh.

Sampai di titik ini, seni-berkesenian mengemban anomali dan dilema cita rasa pada dirinya. Yang berjalan bukan dengan ikhtiar akal berlandaskan rasionalitas, melainkan secara kultural dikemudikan oleh emosionalitas (mood atau kesementaraan). Sehingga 'kosa-pikir' ketika tidak efektif bekerja, maka tatanan ranah seni-berkesenian menjadi samar, buram, dan kabur.

Bahwa anomali itu pada satu sisi bicara tentang ide-ide besar dan hebat perihal seni-berkesenian, ikhwal kesejajaran ataupun keterbukaan, dan lain sebagainya. Tapi di sisi lain, memuat peristiwa yang sangat 'porno' dan kasar, yaitu mengabaikan gagasan atau aspek pikiran (intelegensia dan intelektualitas).

Tapi kadang kala, antara ide-ide besar dan hebat itu tidak bersua hubungannya satu sama lain. Apalagi jika di tengahnya dipenuhi dengan rangkaian emosionalitas yang dinaik-turunkan secara berulang-ulang. Sehingga tidak pernah meneruskan satu dialog. Karena yang berlangsung bukan proses seni-berkesenian yang berkesinambungan, melainkan ke-sesaat-an (kesementaraan).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline