Lihat ke Halaman Asli

Slamet Arsa Wijaya

Tak neko-neko dan semangat. Sangat menyukai puisi dan karya sastra lainnya. Kegiatan lain membaca dan menulis, nonton wayang kulit, main gamelan dan menyukai tembang-tembang tradisi, khususnya tembang Jawa.

Raih Tahta Dusta di Simpang Caktawala

Diperbarui: 24 Oktober 2020   23:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Teruntuk kau yang mendadak besar oleh gelembung-gelemung udara. Tampak cepat mengembung seperti balon. Sejatinya miskin etika dan melarat nurani. Meski seolah kaya puja puji. Bagai didudukan di strata tinggi oleh para keblinger tipu-tipu muslihatmu. Aslinya berdasi bukan berpeci pun tak luwes.

Makanan menyehatkan itu bersertifikat halal dan dipastikan menyehatkan bagi para menyantap. Tak main label kehalalan agar dicap sebagai halalan toyiban juga. Lazim siapa pun dianjurkan usaha demi raih cita-cita. Tapi hindari halalkan segala cara.

Ngenas, simak dinding kolbu tak sewajarnya kau bercorat-coret. Berkoar di cakrawala, sesumbar di dinding langit, serperti ajengan luhur. Fakta minus intelektualitas tapi mengaku tinggi ilmu. Tetapi aksara langit melafalkan rendah alhak. Wajar seolah tak berdosa  kerap meludahi gudang guru.

Lama kau sibuk bergincu tuk tetap tampil gagah. Bagi penelaah hening seiring kualitas keilmuannya tak canggung menyemprotnya. Tapi kau dibela para cekak nurani. Cemas sih tidak kau itu besar nyali tetapi terkikis integritas di muka para religius di tengah khalayak.

*****

Bekasi, 24/10/2020

#esawe.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline