Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Merak Ati

Diperbarui: 16 Desember 2020   10:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bambu kuning memanggil-manggil
Hujan membasah tanah
Deru Bayu bagai dengus Nandi
Hanya yang bertelinga tajam saja mampu menangkap gelombang suara tertutup debum-debum ritmik butir air menghunjam bumi


Nyanyi kodok seperti mengeja nama kekasih
 : satu, satu,
 : runtut-runut,
 : tajwidnya sungguh enak didengar

Rumput bermandikan air mata langit
Pucuk Durian tengadah
Bunga Lengkeng mewujud buah ranum bergelantungan menggoda mata
Adenium-adenium meliukkan pinggangnya bagai gadis-gadis perawan bertubuh penuh gairah hidup

Wahai!

Dua tahun berlalu sudah
Saat kau sentuhkan jarimu untuk pertama kalinya pada kristal pasir laut putih di meja itu dan membawa pulang kerang-kerang

Sementara itu pada sebuah koordinat jauh di Timur
: dua jemari tangan
: lelaki
: perempuan
: Sang Lelaki mengenakan kaos lengan panjang
: legam
: dua jemari tangan bergerak menuju satu titik
: tak sengaja bersentuhan.
: namun badai listrik yang diciptakannya sedemikian besar.

Dahsyat!

Mungkin itu setahun sudah berlalu
Tapi kenangannya
Gambarannya
Tak bisa hilang dari ingatan
Bahkan hadir badai lain: hipotermia.

Kramat Pela, 30 Oktober 2020

Catatan penulis: 

Arti 'merak ati': pandangan mata dan tutur katanya mampu menggetarkan hati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline