Lihat ke Halaman Asli

Siwi W. Hadiprajitno

Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Endri, Remaja Baduy Dalam, dan Tas Koja untuk Ultah Ibu Rini

Diperbarui: 12 Desember 2018   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

Namanya Endri. Dia Sedulur Baduy Dalam saya. Lihat kalung sederhana yang berliontinkan potongan batok kelapa membentuk huruf "E". Tentu itu inisial dari Endri. Diambil dari huruf kapital awal namanya. Endri mengenal huruf tidak dari bersekolah. Ia mengenalnya begitu saja. Dari obrolan, dari bungkus Indomie, dari potongan koran, bahkan mungkin sebagian lagi dari khayalan. Umur Endri tujuh belas. Sebentar lagi Endri akan menikah. Sudah cukup umur untuk ukuran orang Baduy Dalam.

Tas yang disandangnya itu namanya tas "koja", terbuat dari kulit kayu Teureup yang banyak tumbuh di lingkungan hutan Baduy Dalam.

Kaki Endri tidak seperti kakimu. Telapaknya sudah sangat hafal dengan tanah, lumpur, kerikil, batuan, lumut kayu, air sungai, trotoar jalanan, bahkan aspal panas Jakarta.

Kaki Endri tidak seperti kakimu. Sepasang kakinya tak mengenal Adidas, Reebok, Nike, Bata, Carvill, Ando, bahkan Swallow. Selalu telanjang begitu saja, saat menapaki tepi desa, menyusuri bukit lembah hutan sungai, maupun ketika harus ke kota: Lebak, Tangerang, Jakarta.

Kaki Endri tidak seperti kakimu yang termanjakan saat mengayuh sepeda, saat tertapak di pedal boncengan sepeda motor, menjejak transmisi mobil 'matic', bahkan saat sedikit susah bergerak di kelas ekonomi pesawat udara. Kaki Endri tak mengenal itu semua.

Endri bisa jadi baru kali ini pergi ke Jakarta seumur hidupnya. Menempuh hampir 200 km yang setara dengan lebih dari 282.750 langkah, bersama para sesepuh dan seniornya, Ayah Sardi, Ayah Ralim, Idong dan Dede. Ya! Endrilah yang termuda. Mereka datang untuk Ibu Menteri BUMN yang berulang tahun ke-59. Sekuntum doa dan pengharapan baik dititipkan di hati mereka dari Tetua Baduy Dalam dan seribuan rakyat Baduy Dalam untuk kesehatan, dan keselamatan Ibu Rini untuk terus mengabdi dan menghadirkan kontribusi BUMN di negeri Indah ini. Buah tangan tak lupanmereka bawakan: selendang tenun, kain tenun, tas koja, gula aren dan entah apa lagi karya tangan mereka sendiri. 

Endri dan empat Dulur Baduy Dalam datang jauh-jauh dengan restu Puun. Kehadirannya menegaskan eksistensi, kesahajaan, kepantangan untuk meminta, persahabatan dan ketulusan rakyat Baduy Dalam. Para penjaga ekosistem yang tak hendak meracuni bumi-air-udara dengan yang bukan alami. Lihat pakaian Endri. Monokrom. Putih dan hitam. Tak perlu kesumba buatan dan pewarna tekstil. Bahkan deterjenpun tidak.

Harapan yang dibawanya jauh-jauh sungguh indah untuk Ibu Rini dan Indonesia. Kamu? Apa harapanmu untuk Indonesia?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline