Lihat ke Halaman Asli

Laporan Studi Lapangan pada Produksi Penghasil Tempe dan Kacang Kedelai di Kopti, Kalideres-Jakbar

Diperbarui: 4 Juli 2023   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada hasil laporan ini, saya datang ke Kalideres, Jakarta Barat pada tanggal 27 Juni 2023. Datang bersama teman-teman ke tempat produksi kacang kedelai dan tempe. Mewawancarai bapak Syahroni sebagai bos/pemilik produksi tersebut. Wawancara ini dilakukan dengan merekam suara dan memotret ketika sedang wawancara.

            Beliau mengatakan awal berdirinya tempat produksi ini memproduksi tempe pada tahun 1994 kalau kacang kedelai dari tahun 2016 "Untuk kacang kedelai sendiri di impor dari luar negeri dari Amerika, melewati importir". Beliau mengatakan bahwa produksi lokal kacang kedelai ini hanya 20% sedangkan impor luar negeri 80%.

Pewawancara  : "Bagaimana pengelolaan kacang kedelai ini apakah bisa jadi tempe saja atau bisa jadi produksi lainnya?"

Pak Syahroni  : "Untuk pengelolaan kedelai ini juga bisa untuk macam-macam, bisa untuk susu, keripik, kecambah, tetapi, di daerah sini khususnya Semenan Kopti-Kalideres hanya focus produksi tahu-tempe saja".

            Untuk pemasarannya, pak Syahroni memasarkan tempe dan kacang kedelai saja. Kacang kedelai diproduksi menjadi tempe buatan sendiri dan kacang kedelainya juga di pasarkan juga (diperjualbelikan). Untuk jam produksi tempe sendiri dimulai dari jam 07.00 pagi sampai jam 11.00 siang. Dan alat-alat produksinya sudah menggunakan alat.

Pewawancara  : "Apakah bapak mempekerjakan orang lain untuk menjadi karyawan?"

Pak Syahroni  : "Saya mempekerjakan keponakan 1 orang, bantu-bantu pekerjaan saya"

Pewawancara : "Dalam usaha ini, apakah ada kendala-kendala?"

Pak Syahroni  : "Kalau kendala tidak terlalu ada, hanya saja mengikuti nilai dollar karena kacang kedelai ini impor, dan mengikuti hasil produksi sana (Amerika). Kalau di Amerika gagal panen maka mahal rupiahnya, tapi kalau bagus produksi ya menurun nilai rupiahnya".

Pak Syahroni juga berharap bahwa produksi kedelai ini di tangani oleh pemerintah, karena harga bisa di stabilkan. Kalau importir sangat susah di kejar untungnya. Kemudian, swadapangan di Indonesia harus dinaikkan agar tidak tergantung kepada impor. "Itu bukan harapan saya saja, tetapi semua pengrajin tahu-tempe". Ucapnya .

Alasan pak Syahroni memilih usaha ini karena pada awalnya mengikuti saudaranya dan juga tempe tahu adalah makanan pokok Indonesia, kemudian setelah mendapatkan ilmunya barulah belajar usahanya sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline