Lihat ke Halaman Asli

Refleksi Kemerdekaan

Diperbarui: 3 September 2022   16:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Sekali merdeka tetap merdeka!

Selama hayat masih dikandung badan

Itulah kutipan dari lagu berjudul Hari Merdeka yang diciptakan oleh Husein Mutahar pada tahun 1946. Tidak terasa lagu ini sudah menemani perjalanan negeri kita tercinta selama 76 tahun. Di tahun kemerdekaan yang ke-77 ini, sudah banyak dinamika politik, krisis ekonomi, ketimpangan sosial, bahkan gelombang pandemi yang dihadapi bersama.

Sehingga tema kemerdekaan yang diusung pada 17 Agustus tahun 2022 adalah "Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat". Setidaknya tema tersebut bukan hanya berperan sebagai slogan yang membakar semangat untuk mempertahankan kemerdekaan. Dua tahun lamanya disergap pandemi yang melumpuhkan segala jenis sektor industri dan perekonomian yang sempat ambruk, membuat Indonesia membutuhkan suntikan semangat baru dari tunas bangsa.

Kemerdekaan, kiranya di tahun yang ke-77 menjadi sebuah refleksi terhadap memori yang mengharu-biru kala itu. Bagaimana gesitnya golongan muda dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk mendeklarasikan kemerdekaan, masih tergambar jelas hingga hari ini.

Perayaan wajib setiap setahun sekali ini merupakan momentum yang dinantikan seluruh warga negara. Rasa haru, rasa syukur, hingga sukacita memenuhi benak setiap warga yang menuntun mereka mewujudkan kemerdekaan dengan caranya sendiri.

Melalui artikel ini, sekaligus menjawab "jejak kolonial yang masih terjaga sampai sekarang" adalah pada gambar di awal tulisan ini. Kemerdekaan adalah upaya merefleksikan segenap pengorbanan dan perjuangan para pahlawan bangsa, masih dapat kita saksikan tanpa perlu memutar waktu.

Gambar pada awal tulisan yang saya sematkan, bukan tanpa makna. Kemerdekaan Indonesia lekat sekali dengan peran tokoh pemuda, sama seperti yang terlihat pada gambar. Sekelompok pemuda membuat tanggul dari karet ban bekas dan menjulurkan kotak penuh harapan, sebagaimana dulu para founding fathers kita menunggu momen kekalahan Jepang dengan sabar dan penuh kekhawatiran.

Golongan muda saat itu menanti dengan cemas dan penuh perhitungan yang cermat dalam memanfaatkan kekosongan kekuasaan, karena Jepang sedang sibuk mengurus Perang Asia Pasifik. Golongan muda mencuri waktu dan menyelinap ke utara Karawang, menempatkan Bung Karno dan Bung Hatta pada pilihan "merdeka" atau "selamanya dijajah".

Pemuda di masa kini pun melakukan hal yang hampir serupa. Mereka berpakaian menyerupai para pejuang, hantu, ibu-ibu, atau bapak-bapak yang dapat dimaknai sebagai "kemerdekaan milik siapa saja". Para pemuda dengan percaya diri tampil ditemani pengeras suara dan tepuk tangan riuh sambil menunggu "partisipasi" dari setiap kendaraan yang lewat.

Keikutsertaan Bung Karno dan Bung Hatta diboyong ke Rengasdengklok bukan tanpa alasan. Sebagaimana setiap tahun selalu diperingati, setiap lapisan masyarakat ingin terlibat dalam perhelatan di hari kemerdekaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline